Partai Besar Kalah di Pilkada, Pengamat: Peta Pilpres Berubah

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 28 Juni 2018 | 14:43 WIB
Partai Besar Kalah di Pilkada, Pengamat: Peta Pilpres Berubah
Ilustrasi warga memilih di TPS.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pilkada Serentak baru saja digelar Rabu (27/6/2018) kemarin. Dari hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei ada beberapa partai besar harus tumbang karena pasangan calon (paslon) yang diusungnya kalah. Salah satunya adalah PDIP.

Data sejumlah lembaga survei seperti LSI, SMRC, Indo Barometer dan Populi menyebutkan, PDIP kalah di empat provinsi besar. Yakni di Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Selatan (Sumsel), Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim).

Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Asep Saefulah Muhtadi menilai, hasil hitung cepat lembaga survei itu menggambarkan ada perubahan dalam orientasi pemilih di Pilkada Serentak kali ini. Terutama pasca-Pilkada Jakarta 2017 lalu.

Menurut Asep, fenomena itu terlihat seperti isu SARA di beberapa daerah seperti layaknya saat Pilkada Jakarta beberapa waktu lalu. Sama seperti di Jakarta, maraknya isu-isu yang beredar sedikit banyak mempengaruhi para pemilih.

Baca Juga: Penembakan Misterius di Tanjung Priok, Polisi Periksa Dua Satpam

"Kondisi ini bisa menjadi gambaran bagaimana Pilpres 2019 nanti. Bisa saja masih terjadi dan ini harus menjadi catatan bagi elite partai ke depan," ujar Asep saat dihubungi Suara.com, Kamis (28/6/2018) siang.

Menjelang Pilpres 2019, hasil Pilkada Serentak 2018 ini bisa menjadi pijakan bagaimana merubah strategi parpol menjelang pemilihan Presiden. Parpol tidak hanya mencari sosok yang benar-benar tepat sesuai kehendak rakyat. Namun harus memahami dan mendalami fenomena keinginan masyarakat selaku pemilih.

"Jadi tidak hanya mencari sosok figur yang populer saja. Itu belum cukup, ini sudah tergambar dan terjadi di pilkada beberapa daerah," kata dia.

Namun demikian, Asep menilai, ada dampak positif dari fenomena pemilih itu terhadap demokrasi di Indonesia. Animo masyarakat untuk memilih menjadi lebih besar. Hal ini menjadikan Pilkada Serentak 2018 ini disebutnya lebih baik ketimbang Pilkada Serentak 2017 lalu.

Untuk diketahui, dari hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei PDIP yang saat ini memegang pemerintahan justru kalah di empat provinsi yang memiliki jumlah suara besar.

Baca Juga: Argentina Menang, Tapi Fans Messi Ini Terlanjur Bunuh Diri

Cukup mengagetkan adalah kekalahan jagoan PDIP di Jawa Barat yakni pasangan TB Hasanuddin - Anton Charliyan yang hanya meraih sekitar 12 persen suara. Padahal tiga pasangan lainnya berhasil meraup suara di atas 20 dan 30 persen.

Kekalahan PDIP berlanjut di Sumatera, yakni di Sumut dan Sumsel. Di Sumut, jagoan PDIP yakni Djarot Saiful Hidayat - Sihar PH Sitorus hanya meraih 41,06 persen suara. Sementara pasangan Edy Rahmayadi - Musa Rajekshah yang diusung Golkar, Gerindra, Hanura, PKS, PAN dan Nasdem berhasil unggul dengan 58,94 suara.

Di Sumsel setali tiga uang. Lagi-lagi jagoan PDIP kalah. Berdasarkan hitung cepat LSI, pasangan Dodi Reza Alex Noerdin-Giri R N Kiemas yang diusung gabungan PDIP, Golkar dan PKB hanya meraih 31,78 persen.

Pasangan itu kalah dari paslon Herman Deru-Mawardi Yahya yang diusung Nasdem, Hanura dan PAN. Pasangan ini meraup 35,97 persen.

Bergeser ke Jawa Timur, PDIP juga harus mengakui kekalahan usai pasangan yang diusungnya bersama PKP, PKS dan Gerindra yakni Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno hanya meraih 45,71 persen. Sementara pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak yang diusung Demokrat, Golkar, Nasdem, PPP, PAN, Hanura dan PKPI berhasil meraup 54,29 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI