Setelah Jong Un, Trump Terpikat Putin

Kamis, 28 Juni 2018 | 10:35 WIB
Setelah Jong Un, Trump Terpikat Putin
Presiden AS terpilih Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin [AFP].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - President of The United States alias POTUS, Donald Trump membuat keputusan sensasional dengan merencanakan pertemuan bersama orang nomor satu Rusia, Vladimir Putin. Ide ini tercetus tidak lama setelah perjumpaannya dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura.

Rabu kemarin (28/06/2018), Kremlin memberitakan bahwa Washington dan Moskow sepakat menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara Putin dengan Trump. Lokasi penyelenggaraan diperkirakan di Helsinki, Finlandia, setelah POTUS menghadiri rapat negara-negara pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Yuri Ushakov, Asisten Kebijakan Luar Negeri Rusia telah mengadakan pertemuan pendahuluan dengan John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat di Kremlin.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengadakan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Capella Hotel, Sentosa Island, Singapura, Selasa (12/6).
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengadakan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Capella Hotel, Sentosa Island, Singapura, Selasa (12/06/2018).

"Pertemuan kedua negara kami sebenarnya telah dirancang sejak lama," papar Ushakov kepada para jurnalis, seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: Pilkada Papua, 2 Polisi Tewas Dihadang Kelompok Bersenjata

"Bisa disebut sangat penting bagi kedua negara, serta kepentingan besar bagi hubungan antarbangsa. Semoga KTT kami bisa menjadi acara internasional puncak di musim panas ini," imbuhnya.

Ushakov juga menyatakan, selain KTT antara Trump dan Putin, kemungkinan menteri luar negeri kedua negara, Sergei Lavrov serta Mike Pompeo juga akan mengadakan sesi pertemuan dalam kesempatan yang sama.

Beberapa negara yang bergabung dalam NATO menanggapi rencana KTT ini dengan negatif. Termasuk salah satu negara terkuat Eropa, Britania Raya. Tambahan lagi adalah pandangan para kritikus politik di Eropa. Mereka senada mempertanyakan komitmen POTUS terhadap NATO, sekaligus mencurigai kemungkinan tercipta poros Washington-Moskow untuk kebijakan politik.

Relasi antara Washington dan Moskow sebelumnya buruk, karena AS mencampuri urusan Rusia dengan Ukraina, sementara Rusia menjadi menjadi pemain di belakang layar dalam pemilihan presiden AS pada 2016.

Kondisi itu semakin parah, dengan terjadinya konflik di Suriah serta kejadian diracunnya salah satu agen mata-mata Rusia di London, ibukota Britania Raya.

Baca Juga: Kecanduan Medsos? Facebook Punya Jurus Jitu

Antara

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI