Suasana horor semakin terasa karena iringan musik selama waktu pencoblosan berupa musik instrumen horor.
"Kita petugas KPPS berdandan wewe gombel, pocong dan Genderuwo, ada juga penjaga kotak suara berdandan pocong," katanya.
Slamet Widodo, salah satu tokoh masyarakat Randusari menambahkan, bukan tanpa alasan para warganya membuat tematik horor di TPS 7. Semua disiapkan penuh nilai filosofi.
"Tata riasnya juga kita siapkan serius, pakai ahli tata rias profesional warga sini," ucapnya.
Baca Juga: Usai Nyoblos di Bojong Koneng, Prabowo Acungkan 3 Jari
Untuk asesoris, dia buat sealami mungkin menggambarkan proses pemakaman jenazah dalam ruangan TPS. Simbol kematian menggambarkan jika dalam kehidupan semua akan kembali pada yang abadi, yakni kematian.
"Filosofisnya, ini adalah area demokrasi dengan dilakukan senang hati, kemenangan dan kekalahan itu mutlak ada. Dan akhir manusia itu paling mutlak kematian jadi jangan ada saling ribut," paparnya.
Adanya boneka orang yang tergantung tali di tengah TPS, menurut Slamet sebagai simbol jika menghadapi pilkada baik itu Pilgub, Pileg dan Pilpres, jangan terlalu berlebihan mendukung atau yakin berlebihan menang.
"Kalau berlebihan dan tak kuat iman, terus kalah, maka hasilnya ya itu seperti boneka, stres terus bunuh diri dengan gantung diri," ujarnya.
Selama berjalan pencoblosan, Slamet mengaku melihat antusias warga untuk datang sangat tinggi bahkan anak-anak ikut hadir melihat bagaimana cara mendaftar, mencoblos dan memasukan surat suara.
Baca Juga: Prabowo Subianto Sarankan Rakyat Ambil Politik Uang saat Pilkada
"Ini bagus untuk pendidikan demokrasi, anak-anak yang tadinya hanya penasaran ingin lihat akhirnya bisa belajar bagaimana pentingnya ikut menggunakan hak pilihnya kedepan saat dewasa," tukasnya. [Adam Iyasa]