Kemenhub Optimis LRT Palembang Beroperasi Juli 2018

Bangun Santoso Suara.Com
Sabtu, 23 Juni 2018 | 09:36 WIB
Kemenhub Optimis LRT Palembang Beroperasi Juli 2018
Rangkaian Light Rail Transit (LRT) Palembang melewati stasiun Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (27/5).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) optimis proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) akan selesai dan bisa dioperasikan pada pertengahan Juli 2018. Pengoperasian LRT itu guna mendukung perhelatan akbar Asian Games 2018.

Melalui keterangan persnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementrian Perhubungan, Zulfikri memastikan, tingkat keamanan dan keselamatan dalam pengoperasiannya nanti. Terkait hal tersebut, Kemenhub telah melakukan serangkaian pengujian sarana dan prasarana LRT pada bulan Mei 2018 dan uji coba dinamis telah dilakukan pada Kamis (21/06/2018) dari stasiun Jakabaring menuju stasiun Palembang Icon.

Pembangunan LRT Sumatera Selatan merupakan amanah dari Perpres Nomor 116 Tahun 2015 dan Perpres 55 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan, yang menugaskan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, sebagai pelaksana Pembangunan Prasarana Kereta Api Ringan/LRT di Sumatera Selatan serta PT. KAI (Persero) sebagai operator LRT Sumatera Selatan.

Pekerjaan pembangunan LRT Sumsel sepanjang kurang lebih 23 kilometer dilengkapi dengan 13 stasiun, 1 depo dan 9 gardu listrik dengan menggunakan lebar jalur rel 1067 mm dan third rail electricity 750 VDC. Proyek ini dimulai sejak Oktober 2015 dengan pembiayaan APBN.

Baca Juga: Muncul di Kebun, Seekor Harimau Bikin Warga Jambi Susah Tidur

LRT Sumsel ini akan menghubungkan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin menuju kawasan Sport City Jakabaring. Selain digunakan sebagai sarana transportasi yang dapat mengurangi beban jalan raya dan penggunaan kendaraan pribadi.

Jenis pekerjaan LRT Sumsel ini sangat bervariasi mulai dari pekerjaan konstruksi, stasiun, sarana, depo yang luas. Penanganan tanah yang disebabkan oleh karakteristik yang berbeda serta pekerjaan yang memerlukan penguasaan teknologi tinggi baik untuk jenis sarana, infrastruktur dan system fasilitas operasinya.

Secara keseluruhan berupa konstruksi layang (elevated track) dengan dilengkapi third rail untuk power supply serta menggunakan teknologi slab track (tanpa ballast) pada jalur rel. Kemudian menggunakan system persinyalan fixed Block.

Berbeda dengan LRT Jabodetabek

LRT Palembang. (Suara.com/Andhiko Tungga Alam)

Baca Juga: Kemensos Siapkan Logistik Pencarian Korban Kapal Tenggelam

Untuk LRT Jabodebek menggunakan U-shaped Girder. Lalu LRT Jakarta menggunakan Box Girder. Sedangkan LRT Palembang menggunakan I Girder. Lebar spoor LRT Sumsel adalah 1067 mm sedangkan LRT Jabodebek dan LRT Jakarta lebar spoor nya adalah 1435 mm.

Perbedaan karakteristik jenis konstruksi tersebut di atas mengakibatkan adanya variasi biaya konstruksi masing-masing LRT. Namun biaya konstruksi ini diyakini telah sesuai dengan harga pasar. Sehingga, nilai investasi secara keseluruhan dalam pembangunan LRT Sumsel ini merupakan total biaya sarana dan prasarana LRT yang tidak dapat terpisahkan

Oleh karena itu, nilai investasi apabila dibagi panjang jalur kereta api tersebut dinilai masih cukup realistis dan telah dilakukan perbandingan dengan negara-negara di kawasan ASEAN.

Sebagai contoh, seperti di Malaysia biaya untuk pembangunan LRT Kelana Jaya Line diketahui sebesar Rp 817 miliar/km sedangkan untuk biaya pembangunan LRT di Manila sebesar Rp 907 miliar/km.

Anggaran pemerintah yang digunakan dalam pembangunan LRT Sumsel ini telah diproses secara akuntabel di mana telah dilakukan review secara berlapis mulai dari review oleh konsultan independen yang berkualifikasi internasional, audit internal maupun audit eksternal oleh instansi terkait agar sesuai dengan prinsip Good Coorporate Governance.

Sebelumnya, usulan pembiayaan untuk proyek LRT ini oleh kontraktor awalnya diajukan sebesar 12 T, namun setelah melalui beberapa tahapan review biaya tersebut dapat ditekan menjadi Rp 10,9 triliun.

Dalam pelaksanaan pembangunannya, PT. Waskita Karya (Persero) dibantu oleh konsultan pengawas (supervisi) yang berkualifikasi Internasional yakni SMEC Internasional asal Australia. Perusahaan tersebut telah mempunyai pengalaman yang cukup luas di beberapa negara di kawasan Asia, Australia, dan Afrika, Eropa, serta Amerika.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI