Suara.com - Kepala Staf Presiden Jenderal TNI (purn) Moeldoko mengingatkan masyarakat akan adanya potensi kemacetan arus balik yang harus diwaspadai. Potensi ini bisa muncul berdasarkan analisis dan pantauan selama arus mudik sepekan sebelumnya.
Potensi kemacetan bisa terjadi karena kombinasi antara meningkatnya jumlah pemudik dan waktu arus balik yang berlangsung lebih pendek dibandingkan dengan arus mudik, sehingga para pengguna jalan akan menggunakan ruas yang sama dalam waktu yang bersamaan.
Oleh karena itu, KSP menghimbau para pengguna jalan untuk mengatur waktu perjalanan kembali dari kampung halaman sebaik-baiknya.
“Jika memungkinkan, hindarilah waktu-waktu yang diprediksi akan menjadi puncak dari arus balik. Jika tidak memungkinkan, tingkatkan kehati-hatian. Utamakan keselamatan” kata Moeldoko melalui keterangan persnya, Senin (18/6/2018).
Moeldoko memprediksi lonjakan besar pemudik kemungkinan sudah akan berlangsung sejak tanggal 18 dan 19 Juni 2018, di mana arus kendaraan dari tiga jalur utama yakni jalan nasional Pantura, jalan tol Cipali, dan jalan tol Purbaleunyi akan bertemu pada ruas jalan tol Cikampek-Jakarta, dan tersambung ke tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) dan tol Jagorawi.
“Sepanjang liburan ini kami tetap berkoordinasi dengan berbagai pihak dan terus memonitor perkembangan lalu-lintas di lapangan. Potensi-potensi kemacetan tersebut harus kami informasikan sejak awal kepada masyarakat supaya para pemudik juga mengantisipasi jalur-jalur yang rawan macet. Selain itu, kami juga menghimbau para pemudik untuk mengatur jadwal kembali dari kampung halaman dengan sebaik-baiknya dengan tidak menumpuk pada waktu-waktu puncak,” katanya.
Mantan Panglima TNI tersebut juga menekankan bahwa potensi-potensi kemacetan tersebut akan terus diinformasikan sejak awal kepada masyarakat.
“Supaya para pemudik juga mengantisipasi jalur-jalur yang rawan macet. Selain itu, kami juga menghimbau para pemudik untuk mengatur jadwal kembali dari kampung halaman dengan sebaik-baiknya dengan tidak menumpuk pada waktu-waktu puncak,” lanjutnya.
Ia menambahkan, pihaknya terus memonitor beberapa penyebab gangguan yang terjadi selama arus mudik, di antaranya terjadinya kecelakaan lalu-lintas yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human error), pengelolaan kantong-kantong peristirahatan (rest area) yang belum optimal.
“Pengambilan keputusan dalam pemberlakuan arus berlawanan (contra-flow) juga masih dapat dioptimalkan untuk mengurangi ketersendatan arus lalu lintas,” tambah Moeldoko.
Untuk mengantisipasi dan mengurangi seminimal mungkin gangguan yang mungkin terjadi, Moeldoko telah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan arus mudik di antaranya Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian PUPR, dan Kementerian Perhubungan. Penyiagaan kembali aparat keamanan dan petugas di lapangan telah dilakukan, terutama pada berbagai titik rawan. Selain itu, Pemerintah terus mengefektifkan rantai komando pengaturan lalu lintas di lapangan melalui otoritas tunggal yakni Korps Lalu-Lintas (Korlantas) Polri.
Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) juga telah diminta untuk mengoptimalkan penggunaan rest area yang ada sehingga tidak menimbulkan perlambatan arus lalu lintas yang signifikan menjelang titik-titik peristirahatan. Berdasarkan pemantauan KSP selama arus mudik 2018, beberapa titik peristirahatan belum dikelola secara optimal.
Di beberapa titik terjadi penyumbatan kendaraan bermotor pada seputar pintu masuk, sementara masih terdapat area kosong di dalam rest area yang dapat digunakan untuk menampung kendaraan pemudik yang akan beristirahat atau mengisi BBM.
Titik lain yang juga berpotensi terjadi kemacetan adalah pintu-pintu gerbang pembayaran tol. Oleh karena itu, akan diberlakukan antisipasi pembayaran dengan sistem jemput bola untuk memperlancar transaksi di gerbang tol.