"Istri bilangnya saya lagi di Lampung untuk kerja. Hampir tiap hari anak saya tanya, ayah ngapain di Lampung kok lama banget, pulang bawa udang enggak?" kata Mursid dengan mata menerawang.
Begitupun dengan anak bungsunya yang berusia 10 bulan. Mursid melewatkan banyak sekali momen tumbuh kembang anaknya. Bahkan, selama ia mendekam di balik sel, ia hanya bisa melihat wajah sang anak dua kali saja.
Pernah saat keluarga mengunjunginya, anak bungsunya dibawa. Saat Mursid ingin menggendong sang anak justru ia menangis dan meronta-ronta. Tak mengenali wajah ayahnya, yang bayi itu tahu bahwa Mursid hanyalah orang asing.
Mirsid kini tak mau sedikitpun kelewatan momen bersama keluarga. Ia ingin segera pulang menemui sang istri dan kedua anaknya yang begitu dirindukan.
"Pastinya yang dilakukan pertama kali setelah bebas, saya mau ketemu ibu saya. Mau minta maaf, saya udah banyak salah dan dosa. Bikin malu keluarga," kata Mursid sedih.
Menjadi pesakitan di Rutan memberinya banyak pelajaran. Setiap hari ia merenungi segala perbuatan yang telah ia lakukan, yang menyebabkan ia jauh dari keluarga.
Sementara itu, Kepala Rutan Klas 1 Tangerang Dedy Cahyadi mengatakan, Mursid bukanlah satu-satunya orang yang bisa menghirup udara bebas dan bisa kembali ke rumah. Di hari raya idul fitri tahun ini, ada sebanyak 500 tahanan yang memperoleh remisi. Sebanyak 10 tahanan diantaranya mendapatkan remisi bebas dari masa pidana.
"Ada 516 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang kami ajukan, namun 16 WBP ditolak dan dari 500 wbp 10 diantaranya langsung bebas setelah mendapatkan Remisi," kata Dedy. (Anggy Muda)