Isi Khotbah Aa Gym Dalam Salat Ied di Masjid Istiqlal

Jum'at, 15 Juni 2018 | 09:47 WIB
Isi Khotbah Aa Gym Dalam Salat Ied di Masjid Istiqlal
Jamaah Sholat Ied di Masjid Istiqlal Jakarta [Suara.com/Adie Prasetyo Nugraha].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - KH. Abdullah Gymnastiar atau yang biasa dikenal dengan Aa Gym menjadi khatib dalam salat Idul Fitri 1 Syawal 1439 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (15/6/2018).

Dalam ceramahnya kali ini, Pembina Pesantrean Daarut Tauhid di Jawa Barat itu menyinggung pentingnya menjaga kejujuran dalam diri setiap manusia.

Berikut adalah khotbahnya yang disampaikan pada salat Ied di Masjid Istiqlal pagi ini.

Ia mengatakan, manakala seseorang memiliki keyakinan di dalam hatinya bahwa Allah Maha melihat setiap hal yang dia lakukan sekecil apapun itu, maka buah akhlak yang tumbuh adalah kejujuran.

Baca Juga: Sepatu Emas Bukan Fokus Bintang Brasil Ini di Piala Dunia 2018

Dimintanya jamaah untuk merenungi bahwa banyak di negeri ini yang rajin menjalankan salat, puasa, ibadah haji, tetapi kenyataannya kejujuran masih belum sebanding dengan kekuatan ritual ibadahnya.

"Kejujuran mesti menjadi agenda penting setiap keluarga di negeri ini, sehingga negara yang kita cintai ini menjadi berlimpah berkah karena kejujuran yang benar-benar diamalkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, di kampus kampus, di perkantoran, dan di tempat-tempat lainnya," tutur Aa Gym.

Aa Gym pun mengajak jamaah untuk berintrospeksi diri. Kata dia,  jika kita masih "terbang" karena pujian, namun jatuh karena hinaan atau kritikan dan lebih senang membagus-baguskan topeng dan kemasan, namun abai pada isi, maka itu tanda kita belum bisa jujur terhadap diri sendiri.

Ustadz Aa Gym. [Instagram]

Foto: Aa Gym [Instagram].

Baca Juga: 5 Fakta Penting di Balik Pesta Gol Rusia Lawan Arab Saudi

Menurut dia, sesungguhnya orang lain yang memuji itu hanya menghargai topeng atau kemasan pada diri seseorang. Sayangnya, hal sangat dinikmati padahal itu sesuatu yang tidak cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.

"Bukankah perilaku ini sebuah ketidakjujuran terhadap diri sendiri. Kalau diri saja sudah dibohongi, maka bagaimana mungkin tidak membohongi orang lain," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI