Suara.com - Di dunia ini, ada orang yang menjadikan perbedaan agama sebagai masalah besar. Tapi tidak bagi pasangan Yustina Natania dan Arie Santoso.
Menjelang hari Raya Idul Fitri, Yustina selalu sibuk di dapur hingga berjam-jam. Hal tersebut dilakukan untuk menyiapkan hidangan spesial Lebaran seperti opor ayam dan ketupat untuk keluarganya.
Yustina seorang Kristen. Semua itu dilakukannya lantaran tugasnya sebagai seorang istri dan seorang ibu bagi suami dan anaknya yang seorang muslim.
“Rutinitas seperti ini sudah kami jalankan selama 20 tahun dan semua baik-baik saja. Saya kan seorang istri dan ibu, meski suami dan anak beda agama, ya saya tetap harus menyiapkan segala sesuatunya untuk mereka, dari menyiapkan baju buat salat ied sampai masak opor,” kata Yus saat berbincang dengan suara.com, Kamis (14/6/2018).
Yus mengungkapkan memiliki keluarga yang berbeda agama tidak serumit yang dibayangkan orang. Yus mengaku dulu sempat takut harus menjalani pernikahan berbeda agama. Namun, apa yang dibayangkan kebayakan orang tidak sepenuhnya benar.
“Ada yang bilang sering konflik lah, berbeda pendapat terus, lalu agama anak jadi pusing. Tapi ternyata tidak. Semua kembali lagi ke orang masing-masing,” ujarnya.
Meski berbeda keyakinan, Yustina dan Arie ikut bersukacita menyambut Idul Fitri. Bagi Ari ini adalah Lebaran ke 20 sejak menikah dengan Yus. Rasa toleransi yang dimiliki Ari seolah menunjukkan barometer keharmonisan sebuah rumah tangga.
“Semakin tenang saja, seolah tidak ada perbedaan," kata Ari.
Yus mengaku banyak menerima beberapa pertanyaan dari teman-teman Yus selama ini atau kepada keluarga yang berbeda kepercayaan.
“Berarti kamu pas natalan sepi dong sendirian, kan suami kamu Lebaran, anak-anak juga. Nggak berasa hari rayanya dong,” kata Yus.
“Tetap berasa dong, kami sekeluarga tetap ‘merayakan’ Idul Fitri alias Lebaran. Banyak hal yang bisa saya lakukan agar momen Lebaran tetap terasa istimewa bagi keluarga kami. Sama halnya dengan saat Natal, suami dan anak-anak tetap merayakan bersama saya,” lanjutnya.
Menurut Yus dan Arie, perbedaan ini juga membuat keluarga kecilnya menjadi punya rasa toleransi yang tinggi dan lebih bepikiran terbuka.
“Saya lebih mudah berinteraksi dan beradaptasi di lingkungan baru. Anak-anak juga bisa toleransi dengan teman-temannya. Pada dasarnya perbedaan itu indah, tergantung kita aja memaknai sebuah perbedaan itu seperti apa. Kalau kita berpikirnya positif maka semua akan baik-baik saja, tapi kalau sudah negatif dan membenci, ujungnya sudah terlihat akan seperti apa,” kata Yus.