Penjaga Jalur Silahturahmi Lebaran di Perlintasan Maut Kereta Api

Kamis, 14 Juni 2018 | 11:35 WIB
Penjaga Jalur Silahturahmi Lebaran di Perlintasan Maut Kereta Api
Sawaludin (45), seorang petugas penjaga palang perlintasan yang sehari-hari bekerja di perlintasan kereta api antara Stasiun Lenteng Agung dan Stasiun Tanjung Barat. (Suara.com/Arga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menjadi petugas penjaga palang perlintasan kereta api bukanlah profesi yang mudah. Resiko besar seperti kecelakaan lalu lintas bisa saja terjadi jika sang petugas lalai dalam pekerjaannya.

Inilah yang dirasakan Sawaludin (45), seorang petugas penjaga palang perlintasan yang sehari-hari bekerja di perlintasan kereta api antara Stasiun Lenteng Agung dan Stasiun Tanjung Barat. Lima tahun menjalani profesi tersebut, Sawaludin memiliki banyak cerita mengenai profesinya. Selama 5 tahun itu juga, dia tidak berlebaran. 

Bapak dua anak yang sebelumnya bekerja di bagian perawatan rel kereta api tersebut acapkali terlibat cek-cok dengan pengendara kendaraan bermotor yang melintas di jalur kereta api. Banyak sekali pengendara yang menerobos palang perlintasan meski kereta akan melintas.

Petugas kereta yang menjaga keamanan palang pintu perlintasan [Suara.com/Yosea Arga Pramudita].
Petugas kereta yang menjaga keamanan palang pintu perlintasan [Suara.com/Yosea Arga Pramudita].

Padahal saat Lebaran, banyak masyarakat yang melintas di perlintasan rel kereta untuk untuk pergi silahturahmi ke sanak saudara.

Baca Juga: Angkat Topi, Buat Petugas Palang Kereta Api Lebaran

"Banyak pengendara yang tidak sabar Mas, ini beresiko. Kereta yang melintas itu selang waktunya hanya 3 menit. Kalau terjadi kecelakaan, saya juga yang harus tanggung jawab," kata Sawaludin di Pos Penjagaan Palang Perlintasan Kereta Api, Lenteng Agung, Jakarta Selatan (14/6/2018).

Sawaludin menjelaskan jika intensitas kereta yang melintas terbilang cepat. Terkadang hanya selang waktu 2 menit kereta kembali melintas.

"Pernah kereta melintas sebanyak 8 kali sementara palang tidak terbuka. Pengendara juga tidak mau mengerti terkadang. Pernah terjadi gangguan di malam hari. Saya tidak berani buka palang perlintasan. Palang tertutup hampir 30 menit. Ada pengendara yang menghampiri ke pos sambil berkata kasar," ujar Sawaludin.

Pintu perlintasan kereta api antara Stasiun Lenteng Agung dan Stasiun Tanjung Barat Jakarta Selatan [Suara.com/Yosea Arga Pramudita].
Pintu perlintasan kereta api antara Stasiun Lenteng Agung dan Stasiun Tanjung Barat Jakarta Selatan [Suara.com/Yosea Arga Pramudita].

Pekerjaan beresiko besar tersebut mau tidak mau harus dijalani Sawaludin. Sebagai petugas penjaga palang perlintasan, terkadang dirinya harus bersikap tegas kepada pengendara guna menghindari kecelakaan lalu lintas.

"Takutnya terjadi kemacetan di pelintasan kereta, tiba-tiba ada kereta yang melintas. Jika terjadi kecelakaan, saya yang tanggung jawab. Resiko saya yang menanggung. Pihak PT. KAI tidak mau tau," jelasnya.

Baca Juga: Iko Uwais dan Audy Pastikan Lebaran Di Rumah Sakit

Sawaludin menambahkan banyak sekali pengendara yang menerobos di perlintasan yang ia jaga. Pernah terjadi kecelakaan di perlintasan tempatnya bertugas tidak ada korban jiwa.

"Dua minggu yang lalu, ada yang menerobos perlintasan dan akhirnya keserempet kereta. Namun tidak sampai meninggal. Hanya kakinya saja yang luka-luka. Itu sekitar pukul 22.00 WIB," tandas Sawaludin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI