Suara.com - Salah satu profesi yang tetap bekerja setiap Idul Fitri atau Lebaran adalah sektor transportasi. Bus antar provinsi panen keuntungan saat musim mudik.
Seorang sopir seperti Isan (31) pun tidak boleh libur. Keinginan Isan berkumpul dengan keluarga di hari lebaran tak mampu mengalahkan loyalitas pada perusahaan tempat dia bekerja sebagai supir bus.
Isan sudah lima tahun lamanya jadi seorang supir bus umum komersil rute terminal Kampung Rambutan - Serang, Merak. Sudah lima tahun pula ia tidak merasakan mudik ke kampung kelahirannya di Tasikmalaya, Jawa Barat.
"Nggak bang. Nggak pernah mudik saya mah. Lebaran juga saya kerja," kata Isan saat ditemui di Terminal Kp. Rambutan, Jakarta Timur, Rabu (13/6/2018).
Untuk menyiasati agar bisa bertemu dengan keluarga kecilnya, Isan pun harus memboyong istri dan anak sematawayangnya ke Depok, Jawa Barat. Dengan demikian, setiap kali tiba di Kp. Rambutan, Isan dapat mengunjungi istri dan anaknya.
"Nah yang susah ke kampung ini bang. Kan ada orangtua di Tasik. Jadi nggak bisa mudik karena kita harus melayani pemudik kan," ujar Isan.
Ia mengaku mendapat kebijakan dari kantor tempat dia bekerja, bahwa di momen mudik lebaran, semua supir harus masuk kerja. Isan mengatakan, jika seandainya dia terpaksa salat Ied di jalan, maka biasanya ia memint kesepakatakan dari penumpang untuk singgah salat Ied di masjid atau lapangan terdekat.
"Kalau hari-hari sibuk gini kan nggak boleh lebur kita. Kecuali hari biasa. Kecuali ada jam Salat Ied, ya kita bisa minta berhenti salat Ied dulu. Tapi setelah salat Ied, ya langsung berangkat lagi," kata Isan.