Amri Yusif, seorang pegawai pemerintah, menyalahkan Pemerintah Yaman, yang didukung Arab Saudi, karena tidak memperlihatkan minat untuk memantau dan mengendalikan kenaikan harga semacam itu sebelum Idul Fitri.
"Kenaikan harga pakaian tahun ini telah mencapai tingkat yang tak pernah terjadi sebelumnya. Pemilik toko dengan leluasa menetapkan harga barang dagangan sesuka mereka," kata Yusif.
"Misalnya, sepasang sandal kulit buatan Turki dihargai 19.000 rial di Aden," kata pegawai pemerintah tersebut.
Arwa Saleh, perempuan pengacara pemerintah, juga menuduh pedagang memanipulasi harga.
Baca Juga: Volume Pemudik di Stasiun Pasar Senen Hari Ini Menurun
"Para pedagang melipat-gandakan harga dan memanfaatkan Idul Fitri sebagai kesempatan emas untuk meningkatkan penghasilan dengan cepat," wanita itu menjelaskan.
Namun, pemilik toko dan pedagang lokal menyatakan harga pakaian yang melonjak terjadi karena kemerosotan nilai tukar rial Yaman terhadap mata uang asing, terutama dolar AS.
"Harga pakaian yang tinggi bukan kesalahan kami, Harga bahan bakar yang naik dan kesulitan mengimpor dari luar negeri, karena negeri ini menghadapi blokade, serta pajak yang tinggi yang diberlakukan oleh pemerintah, adalah penyebab utama di balik krisis ini," kata Amjad Hutaibi, seorang pengusaha di Aden.