Cerita Sedih Buruh Serabutan Banten, 10 Tahun Tak Mudik Lebaran

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 12 Juni 2018 | 20:47 WIB
Cerita Sedih Buruh Serabutan Banten, 10 Tahun Tak Mudik Lebaran
Asdari hanya bisa mengajak keluarganya ke Pelabuhan Merak, bukan untuk mudik, namun hanya menonton ribuan pemudik untuk mengobati rasa rindu akan kampung halaman. (Suara.com/Anggy Muda)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari raya Idul Fitri atau Lebaran biasa menjadi momentum sebagian besar warga di Indonesia untuk berkumpul di kampung halaman. Mudik, saat Lebaran sudah menjadi rutinitas, bahkan budaya di Nusantara.
Ribuan orang berbondong-bondong pulang kampung setiap musim Lebaran tiba.

Tak hanya di dalam negeri, budaya mudik juga berlaku bagi warga Indonesia yang ada di luar negeri. Bertemu keluarga di kampung halaman saat Lebaran adalah sebuah kebahagiaan tak tertukar.

Namun hal ini tak berlaku bagi Asdari (52). Bersama istri, Sarni (35) dan ketujuh anak mereka yang masih kecil. Selama 10 tahun, perantauan asal Bandar Lampung itu tinggal dan bekerja di Cikeusal, Serang, Banten.

Selama itu pula, Asdari dan keluarganya hanya bisa melihat ribuan orang hilir mudik saat mendekati Lebaran tiba.

Untuk mengobati kerinduan akan kampung halaman, Asdari mengajak sang istri dan anak-anaknya ke Pelabuhan Merak, Banten. Bukan untuk menyeberang dan pulang kampung, namun untuk melihat ramainya kapal besar yang bersandar di pelabuhan.

"Sengaja saya ajak ke sini, karena anak-anak pengen lihat kapal besar. Sekalian buat obat kangen mudik," ujar Asdari sembari menggendong anak bungsunya yang berumur 3 tahun.

Untuk sampai ke Pelabuhan Merak, bukanlah hal mudah bagi pria yang berprofesi sebagai buruh serabutan ini. Ia harus berjalan dua kilometer dari rumahnya menuju stasiun kereta di Serang Timur.

Perjalanan menggunakan kereta menjadi pilihan agar Asdari bisa menghemat serta bisa mengajak keluarganya ke Pelabuhan Merak yang berjarak 35 kilometer dengan harga Rp 3.000 per orang.

"Jalan dulu dari rumah, kalau buat naik angkot gak cukup nanti buat beli tiket," kata Asdari.

Sesampainya di Pelabuhan Merak, momen menyaksikan hilir mudiknya penumpang kapal ferry tidak disia-siakan oleh keluarga ini. Anak-anak Asdari tampak antusias melihat keriuhan pemudik di pelabuhan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI