Austria Akan Tutup 7 Masjid dan Usir 60 Imam

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 09 Juni 2018 | 15:59 WIB
Austria Akan Tutup 7 Masjid dan Usir 60 Imam
Ilustrasi masjid.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Austria yang dikuasai politikus kelompok sayap kanan, berencana menutup tujuh masjid dan mengusir lusinan imam.

Kebijakan tersebut, seperti diberitakan Reuters, Sabtu (9/6/2018), dipastikan hanyalah permulaan bagi pemerintah untuk melawan Islam radikal serta pendanaan asing terhadap kelompok keagamaan.

Kanselir Sebastian Kurz, yang membentuk pemerintahan dalam aliansi konservatif, juga berjanji memperketat peraturan penerimaan imigran baru dan pengungsi dari wilayah konflik di Timur Tengah.

Beragam kebijakan itu sendiri, sebenarnya implementasi dari undang-undang tentang Islam, yang disahkan oleh parlemen Austria pada 2015.

Baca Juga: Anthony Bourdain, Koki Terkenal AS Ditemukan Tewas Bunuh Diri

Dalam UU itu disebutkan, kelompok-kelompok Islam dan masjid dilarang mendapat dana dari luar negeri serta dilarang menyebarkan ajaran radikalisme agama.

"Politik Islam dan kecenderungan radikalisme agama tidak memiliki tempat di negara kami,” kata Kanselir Kurz  dalam konferensi pers, Jumat (8/6).

Sementara Wakil Kanselir Heinz-Christian Strache dalam konferensi tersebut mengatakan, “Ini baru permulaan.”

Para menteri pada konferensi pers mengatakan, 60 imam masjid Austria yang tergabung dalam Uni Islam-Turki untuk Kerja Sama Budaya dan Sosial di Austria (ATIB), sebuah kelompok Muslim yang dekat dengan pemerintah Turki, dapat diusir dari negara itu.

Visa mereka juga bisa ditolak untuk diperpanjang, atas tuduhan menerima dana asing, terutama dari Turki.

Baca Juga: Seminggu Jelang Lebaran, Thamrin City Diserbu Pembeli

Austria, negara dengan 8,8 juta orang penduduk, memiliki sekitar 600.000 penduduk Muslim, yang sebagian besar asal Turki atau memiliki keluarga dari Turki.

Juru bicara ATIB Yasar Ersoy mengakui bahwa para imamnya kekinian masih dibayar oleh Diyanet, otoritas agama negara Turki, tetapi ia mencoba untuk mengubahnya.

"Kami saat ini mencoba mengubahkan, agar para imam ini digaji dari dana dalam negeri Austria,” tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI