Guntur Romli: Ada Jejak Pendukung Anies di 40 Masjid Radikal

Kamis, 07 Juni 2018 | 20:48 WIB
Guntur Romli: Ada Jejak Pendukung Anies di 40 Masjid Radikal
Intelektual muda Nadhatul Ulama sekaligus politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) M. Guntur Romli. (Suara.com/Arga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Intelektual muda Nadhatul Ulama sekaligus politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) M. Guntur Romli menyebut Pemprov DKI Jakarta melakukan hal yang lucu ketika merilis 40 masjid yang terpapar paham radikalisme. Menurutnya ada yang aneh dari pola komunikasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswaedan dan wakilnya, Sandiaga Uno.

Guntur mengatakan jika Anies dan Sandi saling silang pendapat mengenai nama-nama masjid yang terpapar paham radikalisme. Guntur menambahkan jika kaum radikal senang ketika pemimpinnya saling berbeda pendapat.

"Wakil Gubernur bilang ada 40 masjid yang terpapar paham radikal, tapi ketika Gubernur bertanya. Wakil Gubernur bilang tidak dapat disebutkan karena dapat berujung perpecahan. Jadi bagaimana mau melawan radikalisme jika pemimpinya tidak connect?" kata Guntur di Kantor Pengurus Besar Jemaah Ahmadiah, Jalan Balikpapan 1 No. 10, Jakarta Pusat, Kamis, (7/6/2018).

Guntur mengatakan jika Anies dan Sandi harus menelusuri jejak pendukungnya ketika Pilkada DKI Jakarta lalu. Dirinya mengatakan saat itu ada masjid-masjid yang dipasang spanduk 'Dilarang mensalatkan pemimpin kafir', Guntur yakin jika masjid itulah yang sebenarnya terpapar paham radikalisme.

"Radikalisme itu berawal dari intoleransi. Ketika tidak intoleran pada yang lain pasti lambat laun akan menjadi radikal. Pasti ada jejak. Ketika ada bilang ada 40 masjid yang terpapar paham radikal. Menurut saya ada jejak pendukung Anies dan Sandi saat Pilkada DKI di masjid-masjid itu. Saya yakin itu. Dengan bukti spanduk, provokasi, mempolitisasi masjid ada jejak pendukung mereka di situ," jelasnya.

Guntur mengatakan konsep dakwah dapat melawan paham radikalisme masuk ke masjid-masjid. Baginya dakwah dalam Islam tidak dilakukan dengan cara provokatif atau menyebar fitnah.

"Kemudian dilibatkan ormas-ormas yang moderat yang sudah terbukti setia pada NKRI, libatkan dai dari NU, Muhammadiyah, Dewan masjid," tambah Guntur.

Guntur mengatakan tidak cukup seorang Dai atau muslim yang mengerti agama untuk melawan paham radikal. Baginya seorang Dai harus memiliki kesetiaan pada NKRI.

"Intinya mereka yang jelas-jelas tidak hanya muslim atau dai yang baik, tetapi orang yang setia pada NKRI. Seorang Dai tidak cukup hanya berdakwah tapi harus memiliki komitmen kesetiaan pada NKRI," tandas Guntur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI