Dibayangi Erupsi Merapi, Sembako di Yogya Jelang Lebaran Aman

Kamis, 07 Juni 2018 | 17:11 WIB
Dibayangi Erupsi Merapi, Sembako di Yogya Jelang Lebaran Aman
Dampak abu vulkanis Gunung Merapi di Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/6).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tim Pemantau dan Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memantau harga dan stok pangan di tingkat distributor. Dari hasil pemantauan tersebut diketahui kebutuhan bahan pokok di DIY cendrung stabil.

Bahkan stoknya sangat cukup sampai Lebaran tiba walaupun masih dibayangi erupsi Gunung Merapi.

“Dalam menghadapi lebaran tahun ini kami ke lapangan. Kendala pangan memang terjadi. Namun sangat ringan, stoknya cukup, ” ujar Sugeng Purwanto sekalu Kepala Biro Administrasi perekonomian dan Sumber Daya Alam.

Walaupun sempat terjadi erupsi freatik dari Gunung Merapi hal tersebut menurut Sugeng tidak ada kenaikan harga yang signifikan dari kebutuhan bahan pokok yang ada di DIY, menurutnya stok kebutuhan pangan jelang hari raya akan masih tercukupi.

“Karena kadar efek tidak terlalu besar kondisinya tidak terlalu lebar. Namun yang terjadi belum sampai mempengaruhi harga pangan di DIY,” ucap Sugeng saat jumpa pers di gedung kepatihan unit 9, kamis, 7/6/2018.

Hal senada juga disampaikan oleh Budi Hanoto Kepala perwakilan BI DI Yogyakarta, menurutnya ketika bencana alam terjadi kemudian tidak menganggu aktivitas ekonomi serta tidak mengakibatkan dampak besar pada sentra-sentar ekonomi di DIY, baginya tidak akan mempengaruhi inflasi di DIY.

“Kalau ada bencana alam, sepanjang sentra ekonomi tidak terkena, sektor produksi tidak terkena, market tidak terkena, lalu aktivitas ekonominya normal itu dampaknya belum terasa,” ujar Budi yang juga hadir saat memberikan keteranga terkait inflasi kepada awak media.

Dalam perhitungannya, kurun waktu lima bulan, mulai dari Januari sampai Mei Inflasi jogja baru 0.83 persennya, belum mencapai angka 1 persen. Hal ini menurut Budi masih sangat jauh dengan nilai inflasi nasional.

“Dari Januari sampai mei ini inflasi jogja baru 0,83 persen. Artinya belum mencapai 1 persen padahal sudah masuk bulan ke lima, kita di bawah nasional,” kata Budi.

Sugeng berharap semoga kedepannya Erupsi tidak terjadi agar dampak ekonominya tidak terlalu berpengaruh. “Semoga Merapi tidur lagi, agar semoga tidak terjadi erupsi,” ujar Sugeng.

TPID mencatat ada beberapa kebutuhan pokok yang cendrung naik seperti daging ayam mengalami kenaikan 2,34 persen, daging sapi 1,50 persen, cabe rawit kecil 5,07 persen, bawang merah 1,06 persen, bawang putih 1,36 persen, Tepung 1, 27 persen. Sedangkan yang mengalami penurun ada telor ayam 12,21 persen, dan cabe rawit panjang 16,26 persen.

Dari semua bahan pokok di atas yang perlu dicermati adalah adanya kenaikan harga pada daging ayam. Pemantauan terakhir menjelang lebaran, daging ayam mengalami kenaikan harga menjadi 35.500 per kilogram. Hal ini disebabkan karena kebutuhan permintaan konsumen di DIY cukup tinggi, terlebih kini mulai masuk libur panjang.

“Barang yang baik adalah ayam sekarang 35.500, Ini harus diwaspadai. inflasi daging ayam. Walaupun DIY masih bagus,” kata Budi.

Arofa Nur Indriani selaku kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Daerah Istimewa Yogyakarta mengkhawatirkan kebutuhan daging ayam di DIY karena kebutuhan konsumen bisa mencapai 50.800 ton. Walaupun stoknya masih mencukupi dengan total 60.030 ton daging ayam yang tersedia sampai akhir Juni 2018.

“Kebutuhan tinggi daging ayam karena permintaan, stoknya 60.030 ton daging, kebutuhan 50.800 ton, masih ada kebutuhan untuk akhir Juni nanti,” kata Arofa.

Menurutnya kebutuhan daging ayam untukk ibu rumah tangga kenaikannya bisa mencapai 21 persen. Adapun untuk kebutuhan keseluruhanya yang meliputi kebutuhan daging ayam untuk Hotel, Kuliner ataupun para pendatang persentasenya bisa mencapai dua kali lipatnya.

“Kalau secara keseluruhan bisa dua kalinya itu termasuk hotel, kuliner, pendatang. Kan wisatanya banyak apalagi liburan panjang banget, saya khawatir,” ujarnya.

Sugeng Purwanto selaku tim TPID menjelaskan kenaikan daging ayam itu disebabkan karena ada beberapa faktor, seperti adanya pelarangan vaksin ayam, sampai adanya penuruan kualitas pengan pada ayam

“Itu terkait dengan pelarangan vaksin yang mengakibatkan penuruan kualitas, kemudian kualitas pakan ternanya juga,” kata Sugeng

Merasa kenaikannya yang cukup signifikan, Pemda DIY akan mencoba mendorong untuk menjaga stabilitas harga daging ayam agar tidak melonjak tinggi. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Trisaktiyana menjelaskan cara yang akan ditempuh dengan berusaha mendorong para distributor dimulai dari pemotongan ayam sampai konsumen bisa dengan lancar terdistribusi.

“Prinsipnya kami mendorong semua stabil, kami pastikan juga ditingkat peternak jamin kesehatan ayam itu,” kata Trisaktiyana. (Somad)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI