Suara.com - Terdakwa dugaan merintangi penyidikan kasus e-KTP dokter Bimanesh Sutarjo kembali menjalani sidang lanjutan di Gedung Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Kamis (7/6/2018).
Dalam sidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa ini, Bimanesh membantah telah memfasilitasi mantan Ketua DPR RI Setya Novanto (Setnov) untuk mendapatkan kamar kategori Very Important Person (VIP) di Rumah Sakit Medika Permata Hijau.
"Terus terang yang mulia, saya betul-betul tidak pernah tahu bahwa ada rencana pemesanan kamar sampai ke VIP, padahal pasien belum datang," kata Bimanesh dalam keterangannya di Gedung Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (7/6).
Dokter yang juga pensiunan Polri tersebut menegaskan, saat dihubungi oleh kuasa hukum Novanto saat itu, Fredrich Yunadi, yang ditanyakan hanya sekadar ada atau tidak kamar yang kosong. Hal itu dinilainya wajar, karena hal seperti itu sering juga dilakukan oleh pihak lain, bahkan dilakukan antar-rumah sakit.
"Kalau yang ditanyakan ke saya, kan ada kamar atau tidak. Katakanlah ketika saya kontak RSCM, saya hanya tanya, di sana ada kamar yang kosong nggak? Tapi saya nggak pernah menunjuk kamar yang mahal atau apa. Jadi memang custom-nya kita gitu biasanya, bukan memesan kamar," ujar Bimanesh.
Bimanesh mengatakan, ada koordinasi yang intensif antara Fredrich dengan pihak RS Medika Permata Hijau. Di mana menurutnya, dokter Alia sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Manajer Pelayanan Medis RS Medika Permata Hijau saat itu begitu aktif untuk menyambut kedatangan Novanto di rumah sakit tersebut. Padahal saat itu, Novanto belum diketahui sakit apa.
Bimanesh menceritakan, sesuai BAP, antara pukul 11.00-12.00 WIB, dokter Alia sudah bertanya kepada bagian admisi, yakni Ibu Rosmawati yang menyampaikan akan ada pejabat masuk. Kemudian dokter Alia ke Ibu Isnaini selaku koordinator admission, mengatakan bahwa nanti akan masuk ruangan VIP.
"Terus mereka bahkan sampai (katakan) jangan kasih ke orang lain dulu. 'Sisakan, karena ada pejabat negara yang mau masuk.' Nah, kemudian bahkan ada pernyataan dari Ibu Isnaini bahwa nanti akan masuk pukul 21.00 WIB," kata Bimanesh.
Lebih lanjut Bimanesh mengatakan, setelah menerima telepon dari Fredrich pada pukul 14.00 WIB, dokter Alia langsung menuju bagian perawatan, dia menyampaikan kepada kepala keperawatan bahwa nanti perlu ada yang dirawat. Saat itu, kata Bimanesh, dokter Alia menawarkan siapa yang mau jadi perawatnya. Yang menjadi perawatnya adalah Indri, karena dia yang menawarkan diri.
"Kemudian pukul 17.30 WIB meminta Fredrich untuk menemui dokter Alia, kata saudara Ahmad Rudiansyah. Nah, lalu Fredrich datang bersama dokter Alia melihat kondisi kamar yang akan dipakai Novanto. Bahkan mereka memfoto," lanjutnya.
"Jadi setelah saya baca BAP, ketika saya sedang istirahat di rumah waktu itu, ada serangkaian kejadian yang intens di rumah sakit. Bahkan dokter Alia pukul 17.00 WIB lebih mendatangi dokter Michael menyampaikan hal yang sama, (bahwa) terima aja apa adanya," sambung Bimanesh.
Lebih jauh Bimanesh mengatakan, Fredrich hanya menanyakan kamar. Tetapi aksi berikutnya berlanjut begitu jauh sampai ke persiapan melihat kamar, survei kamar, bahkan booking juga. Bahkan kata dia, dokter Alia dalam perbincangannya dengan dokter Aini, meminta agar kamarnya disiapkan lebih dari satu.
"Kok dari pihak rumah sakit ada demikian besar perhatiannya sampai seperti itu? Itu yang saya peroleh kesan setelah baca BAP," tutupnya.
Untuk diketahui, akibat kasus yang menjerat Setya Novanto ini, dokter Alia belakangan mengundurkan diri dari RS Medika Permata Hijau. Dia mengaku sudah tidak nyaman sembari menambahkan alasan lain yakni ada tawaran dari Palembang.