Suara.com - Jalur mudik Lebaran di sepanjang poros Trans Sulawesi Selatan tergolong rawan menelan korban jiwa. Pada periode operasi Ketupat 2017 masuk lima besar dengan angka kecepakaan terbanyak.
Hal itu disampaikan Kepala Biro Operasi Polda Sulsel Komisaris Besar Stephen Napiun saat ditemui Suara.com, Selasa (5/6/2018). Sulsel masuk deretan terbanyak pemudik celaka di jalanan dengan 155 kasus selama 16 hari operasi Ketupat 2017 lalu.
Di tahun ini, Polda Sulsel kata Stephen menargetkan penurunan angka kecelakaan selama arus mudik, khususnya pada jalur darat.
"Sulsel pada tahun lalu masuk paling banyak angka kecelakaannya. Kita berharap tidak lagi di lima besar, dan kalau bisa tidak lagi terjadi kecelakaan fatal dan fital," ujar Stephen.
Rencannya Polda Sulsel mulai menggelar operasi Ketupat 2018 esok, Rabu (6/6/2018) hingga 14 hari ke depan. Jauh sebelum itu, kepolisian sudah mengecek sejumlah persiapan, baik terminal, kelayakan angkutan umum, hingga kondisi jalur yang akan dilalui.
Diakui Stephen, hingga hari ini masih terdapat banyak jalanan yang rusak dan dapat membahayakan pengemudi. Salah satunya di area pengerjaan proyek Elevated Road Camba, Kabupaten Maros. Titik ini beberapa bulan terakhir rawan terjadi kecelakaan.
"Terdapat beberapa daerah rawan seperti di Camba dan jalan poros Kabupaten Barru," jelas Stephen.
Sebanyak 2.373 personel kepolisian juga sudah dikeragkan untuk menjamin kelancaran arus mudik selama operasi Ketupat 2018. Mereka telah diintruksikan membenahi kondisi jalanan berlubang yang bakal dilalui pemudik.
"Itu kalau masih ada waktu, kalau tidak lagi ada waktu kita lakukan himbauan dengan memasang spanduk agar pengendara berhati-hati dan pemberitahuan melalui media," jelas Stephen.
Data yang diperoleh, selama 16 hari operasi Ketupat 2017 tercatat angka kecelakaan mengalami penurunan 11 persen dibanding 2016 lalu. Yakni 174 kasus menjadi 155 kasus. Namun jumlah korban meninggal naik 6 persen dari 31 orang menjadi 33 orang. Ratusan lainnya luka berat maupun ringan. (Liszam Wahid)