Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku senang bisa bertemu dengan korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan keluarganya yang kerap menjadi peserta "Aksi Kamisan".
Pertemuan berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (31/5/2018) pukul 15.04 WIB.
"Bapak ibu sekalin yang saya hormati. Hari ini saya senang bisa ketmu dengan bapak ibu sekalian. Yang saya lihat setiap minggu (Kamis sore) melakukan acara Kamisan di depan Istana," ucap Jokowi memulai pertemuan.
Setelah itu, pertemuan berlangsung tertutup. Awak media yang sudah mengambil gambar kemudian dipersilahkan untuk keluar.
Saat tiba di Kompleks Istana Kepresidenan, salah satu keluarga korban HAM, Maria Catarina Sumarsih mengatakan, akan meminta Presiden Jokowi untuk memenuhi komitmennya menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu.
Selain itu, Kepala Negara juga diminta untuk menugaskan Jaka Agung M. Prasetyo untuk kembali membuka kasus HAM di Indonesia.
"(Minta presiden) mengusut pelanggaran HAM masa lalu dan menugaskan Jaksa Agung untuk menindaklanjuti berkas penyelidikan Komnas HAM," kata Sumarsih.
Sumarsih merupakan ibunda dari BR Norma Irmawan alias Wawan, mahasiswa Universitas Atmajaya Jakarta yang tewas ditembak saat demonstrasi memperjuangkan reformasi, 13 November 1998.
Perempuan yang mengenakan pakain warna hitam ini berharap pertemuan dengan presiden ada tindak lanjut yang serius dari pemerintah.
"Kita sudah 540 kali aksi Kamisan, masak kita cuma mau ngobrol sama presiden (tanpa ada tindak lanjut)," ucap Sumarsih.
Dalam pertemuan ini, Kepala Negara didampingi Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo.
Aksi Kamisan merupakan aksi damai yang digelar sejak 18 Januari 2007 di depan Istana Merdeka, Jakarta. Aksi ini dilakukan oleh korban maupun keluarga korban pelanggaran HAM di Indonesia. Diantaranya seperti peristiwa 1965, Tragedi Trisakti I dan II, Tragedi Semanggi 1998, Talang Sari 1989, Tanjung Priok 1984, Penghilangan Paksa 1997-1998.