Bersua Alif, Bocah Yatim Piatu yang Sahur Hanya Pakai Nasi Garam

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 28 Mei 2018 | 19:34 WIB
Bersua Alif, Bocah Yatim Piatu yang Sahur Hanya Pakai Nasi Garam
Alif Hidayat (kiri) dan rumah yang ditinggali Alif serta neneknya, kediamannya Kampung Cacing, Gang Perjuangan, Kecamatan Karawaci, Tangerang, Banten, Senin (28/5/2018). [Suara.com/Anggy Muda]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tak ada raut kesedihan yang tampak pada wajah Alif Hidayat. Bocah berusia 5 tahun yang mendadak beken setelah foto dan kisahnya viral di media sosial tersebut, justru terlihat ceria, Senin (28/5/2/018).

Alif mulai dikenal khalayak setelah kisahnya yang bersantap sahur memakai nasi putih berlauk garam serta air putih itu berseliweran di jejaring sosial Line.

Ditemui Suara.com di kediamannya Kampung Cacing, Gang Perjuangan, Kecamatan Karawaci, Tangerang, Banten, bocah bertubuh gempal ini terlihat malu-malu.

Ia tak banyak berceloteh. Namun riangnya seorang bocah seusianya terpancar dari wajahnya.

Baca Juga: Ingin Akhiri Puasa Gelar Argentina, Messi Rela Tukar Gelar Barca

Alif yang tinggal bersama neneknya ini, sudah ditinggalkan kedua orang tuanya saat masih berumur 11 bulan. Kedua orang tuanya meninggal dunia.

Denis (23) Salah seorang tetangga bocah lucu tersebut mengatakan, untuk menghidupi cucunya, sang nenek yang enggan di wawancarai tersebut bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kawasan Jakarta Utara.

Rumah yang ditinggali Alif serta neneknya, kediamannya Kampung Cacing, Gang Perjuangan, Kecamatan Karawaci, Tangerang, Banten, Senin (28/5/2018). [Suara.com/Anggy Muda]

"Katanya sih kerjanya beresin rumah orang (PRT) di Pluit," ungkap Denis.

Karenanya, setiap kali sang nenek bekerja, Alif turut serta menemani perjalanan satu-satunya orang yang menyayanginya itu.

Baca Juga: Sidang Ujaran Kebencian, Saksi: Ahmad Dhani Anti Kaum Tionghoa

"Ikut terus kok, karena di rumah hanya mereka berdua. Kalau ditinggal malah bahaya," kata Denis.

Pantauan Suara.com, kondisi rumah alif dan neneknya cukup memprihatinkan. Untuk sampai ke rumah Alif, harus melewati tanah pemakaman warga etnis Thionghoa.

Setelah melalui jalan setapak yang sempit, pejalan kaki langsung bertemu dengan tempat tinggal Alif bersama neneknya.

Rumah yang lebih tepat disebut gubuk kayu tersebut berukuran 3x4 meter. Dengan berdinding triplek kayu, bangunan tersebut ternyata berdiri tidak jauh dari bibir sungai Cisadane yang masuk kedalam batas Garis Sempadan Sungai (GSS).

Yang tak disangka, sederet rumah warga Kampung Cacing yang bersebelahan dengan rumah Alif juga dalam kondisi serupa. Kemiskinan menjadi potret buram separuh warga Kampung Cacing. [Anggy Muda]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI