Pantauan Suara.com, kondisi rumah alif dan neneknya cukup memprihatinkan. Untuk sampai ke rumah Alif, harus melewati tanah pemakaman warga etnis Thionghoa.
Setelah melalui jalan setapak yang sempit, pejalan kaki langsung bertemu dengan tempat tinggal Alif bersama neneknya.
Rumah yang lebih tepat disebut gubuk kayu tersebut berukuran 3x4 meter. Dengan berdinding triplek kayu, bangunan tersebut ternyata berdiri tidak jauh dari bibir sungai Cisadane yang masuk kedalam batas Garis Sempadan Sungai (GSS).
Yang tak disangka, sederet rumah warga Kampung Cacing yang bersebelahan dengan rumah Alif juga dalam kondisi serupa. Kemiskinan menjadi potret buram separuh warga Kampung Cacing. [Anggy Muda]
Baca Juga: Ingin Akhiri Puasa Gelar Argentina, Messi Rela Tukar Gelar Barca