Semua berawal dari pengakuan Sirul setelah Najib tak lagi berkuasa pada Mei 2018 ini. Berbicara dari pusat penahanan imigrasi Australia yang dihuninya sejak 2015, Sirul menegaskan mau membantu aparat kepolisian Malaysia membongkar dalang kasus tersebut.
"Oleh karena itu, saya bersedia membantu pemerintah baru untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi asalkan pemerintah memberi saya grasi penuh," kata Sirul seperti diberitakan Reuters, Sabtu (19/5) pekan lalu.
“Saya melakukan pembunuhan itu karena disuruh oleh ‘orang-orang penting’, saya siap menyebutnya nanti,” tambahnya.
Najib, yang merupakan wakil perdana menteri dan menteri pertahanan pada saat pembunuhan itu terjadi, membantah mengetahui Altantuya atau memainkan peran apa pun dalam kematiannya.
Baca Juga: Ingin We-fie Budaya Madura? Datang Saja ke Sini
Tetapi, misteri itu telah menghantui karier politiknya hingga kekinian, setelah dirinya “masuk kotak”dalam dunia politik.
Keterlibatan Najib terendus ketika informasi yang terkonfirmasi menyebut, Altantuya adalah selingkuhan Abdul Razak Baginda.
Abdul Razak sendiri adalah kerabat sekaligus konsultan pertahanan dan analis politik Najib saat pembunuhan itu terjadi.
Pada tahun 2002, Abdul Razak menjadi tokoh sentral yang dituduh sebagai pihak pengatur uang suap terkait pembelian kapal selam dari Prancis.
Sementara sang kekasih gelap, Altantuya, dalam proses negosiasi perdagangan Malaysia-Prancis yang bermasalah itu, bertindak sebagai penerjemah.
Baca Juga: Balas Dendam Marx, Bagaimana Kaum Milenial Menjadi Marxis?
Altantuya diduga dibunuh karena menuntut bayaran atas pekerjaannya sebagai penerjemah dalam negosiasi proyek bermasalah tersebut, agar tak membocorkan isi pertemuan ke publik.