Balas Dendam Marx, Bagaimana Kaum Milenial Menjadi Marxis?

Reza Gunadha Suara.Com
Minggu, 27 Mei 2018 | 17:48 WIB
Balas Dendam Marx, Bagaimana Kaum Milenial Menjadi Marxis?
[Google]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Marxisme dianggap bangkrut tepat ketika Uni Soviet lenyap dan tembok Berlin dihancurkan, nyaris 2 dekade lalu. Tapi, kekinian, tepat ketika krisis global semakin parah, menjadi seorang Marxis kembali menjadi tren bahkan terkesan “seksi”.

Bulan Mei, dua ratus tahun silam, Karl Marx lahir di tepi sungai Moselle, kota Trier, Jerman. Orok yang nantinya mengguncang dunia itu lahir tanggal 5 Mei 1818.

Dua abad setelahnya, Mei 2018, Youssef El-Gingihy secara kebetulan diundang ke pesta pernikahan di Jerman. Persisnya di kawasan yang dulu dikenal sebagai “Karl Marx Stadt”, Kota Karl Marx, Jerman Timur. Kekinian, daerah itu bernama kota Chemnitz.

Namun, menurut kesaksian penulis buku yang membongkar kebobrokan “BPJS Inggris” tersebut, “How to Dismantle the NHS in 10 Easy Steps” (2015), Marx tak pernah benar-benar dibuang oleh warga setempat maupun dunia.

Baca Juga: Didesak Blokir Akun Trump, Ini Jawaban Bos Twitter

“Komunisme mungkin secara resmi runtuh dengan kejatuhan Uni Soviet, tapi filsafat Marx, beserta teori sosialnya, belum padam,” tulisnya dalam artikel “Karl Marx 200th anniversary: The world is finally ready for Marxism as capitalism reaches the tipping point”, Independent, Jumat (4/5/2018).

China, negara yang paling padat penduduknya di dunia dan kekinian disebut sebagai negara adi kuasa baru, masih mengklaim sebagai negara sosialis, meski secara praktik menjalankan kapitalisme.

Pada era milenium, peta politik di Amerika Latin justru semakin bergerak ke kiri. Dimulai dari terus bertahannya Kuba pada Sosialisme, kemenangan mendiang Hugo Chaves di Venezuela dan kekinian diteruskan Presiden Nicolas Maduro, membuat banyak warga negara-negara lain di kawasan itu memilih tokoh Marxis sebagai presiden.

Ketika Donald Trump gencar berpromosi menjadi calon presiden Amerika Serikat pada tahun 2016, seorang senator Bernie Sanders yang sejak lama mengaku sebagai sosialis, bertekad melawan kubu konservatif Republik. Namun, langkah Bernie menjadi capres melawan Trump gagal karena skandal konvensi Partai Demokrat.

Daratan Inggris, tempat Marx menghabiskan hidupnya dalam pelarian, Marxisme dan Sosialisme semakin tumbuh kembang. Jeremy Corbyn, tokoh oposisi paling berpengaruh kekinian, tak malu-malu mengaku sebagai pengikut Marx.

Baca Juga: Vadi Akbar Buktikan Cinta kepada TNI di Lagu Sailing Home

“Sosialisme bukan lagi kata-kata kotor dan igauan kalau disebutkan dalam setiap konvensi atau debat parlemen. Kami bertujuan menjadikan Inggris negara sosialis,“ tutur anggota sayap kiri parlemen Inggris tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI