Pengungsi Lansia Merapi Banyak yang Derita Hipertensi

Ririn Indriani Suara.Com
Minggu, 27 Mei 2018 | 06:29 WIB
Pengungsi Lansia Merapi Banyak yang Derita Hipertensi
Pengungsi lanjut usia (lansia) erupsi Merapi banyak yang mengalami hipertensi. (Suara.com/Somad)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejak 21 Mei 2018 pengungsi erupsi Merapi di desa Glagaharjo mengalami sakit terutama pengungsi lansia (lanjut usia) banyak yang menderita hipertensi.

Hal tersebut didapat setelah adanya pengecekan kesehatan dari tim medis penaggulangan bencana di desa Glagaharjo pada Sabtu, (26/5/2018).

Menurut Kalis Via Nurul selaku bidan Puskesmas Cangkringan yang menangani kontroling terhadap pengungsi lansia, hipertensi terjadi karena pengungsi banyak pikiran seperti ingin segera kembali ke rumah, memikirkan hasil bumi sampai peternakan mereka. Selain itu, lanjut dia, banyak lansia mengeluh pegal dan kecapekan.

“Hipertensi karena mikirin rumah mereka, saya punya data awalnya normal, namun tensinya makin naik, mungkin kaget, jantungnya berdebar-debar, pusing itu kan baru saja terjadi,” kata Via saat ditemui di Pengungsian.

Ia menjelaskan tekanan darah para lansja bisa mencapai 200-220. Kondisi ini berbeda jauh saat mereka tidak tinggal di tempat pengungsian.

Pengungsi lanjut usia (lansia) erupsi Merapi banyak yang mengalami hipertensi. (Suara.com/Somad)

Menurut Via, data yang ia punya saat berada di posyandu, tekanan darah para lansia hanya mencapai 120-150, tidak lebih dari itu.

“Tensinya naik dari biasanya, di posyandu 120-150 sekarang malah jadi 200-220, hampir semua hipertensi,” ujarnya.

Selain hipertensi, gejala sakit yang dialami lansia dan pengungsi lainnya mulai nampak, seperti pegel, pusing, bantu-pilek dan flu. Hal ini perlu segera ditangani agar tidak terjadi gejala yang meluas. Ia dan timnya berusaha keras untuk menjaga kesehatan para pengungsi yang masih berada di balai desa Glagaharjo.

“Gejala sakit lainnya berupa pegel, pusing, batuk pilek flu rata-rata seperti itu,” kata Via

Ia bahkan menjelaskan sakit tidak hanya dirasakan oleh para lansia. Para pegawai dan relawan yang harus menjaga pengungsi selama 24 jam-pun mulai mengeluh mengalami gejala sakit, meskipun tidak terlalu berat sakit yang diderita.

Bagi Via semua akan mendapatkan pengobatan yang sama, sebab misi kemanusiaanya di tim kesehatan perlakuan sama menjadi kunci pengobatan untuk masyarakat.

“Tidak hanya lansia, para pegawai sini juga sudah mengeluh karena harus stanby 24 jam, begadang. Relawannya ada juga. Kami dari puskesmas ingin meng-cover semua. Semua kita akan periksa,” ujarnya. (Somad)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI