Suara.com - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengakui, aksi teror bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5), terbilang mengagetkan.
Sebab, Dita Oepriarto, pentolan Jamaah Ansharut Daulah Surabaya sekaligus otak teror tersebut, dinilai sudah mulai mampu bersosialisasi secara baik di masyarakat.
“Tiga bulan sebelum pengeboman, Dita dianggap sudah bersosialisasi secara baik di tengah masyarakat,” terangnya, Kamis (24/5/2018).
Tapi ternyata, kata dia, hal itu kedok belaka. Ketika berlagak sudah bisa bersosialisasi sebagai masyarakat biasa, Dita tengah menyiapkan bom.
Baca Juga: Hakim Tanya Renata Kusmanto dalam Kasus Narkoba Fachri Albar
Selain sebagai “pengantin”, Dita juga ternyata merupakan orang yang merakit bom-bom tersebut. Dita juga mengajak Anton—pelaku bom Rumah Susun Wonocolo Sidoarjo—turut serta membuat bom.
"Mereka kan memang setiap Minggu bertemu. Menurut anaknya Anton yang selamat, mereka ada pengajian. Di pengajian itu disampaikan film-Film tentang kekerasan, film-film manual tentang pembuatan bom," ujar Setyo.