Tragedi Mei 98, Catur dan Celana Dalam Terakhir Mustofa

Kamis, 24 Mei 2018 | 17:43 WIB
Tragedi Mei 98, Catur dan Celana Dalam Terakhir Mustofa
Kusmiati terus berurai air mata di Monumen Mei 1998, Taman Pemakaman Umum, Cipayung, Jakarta, Minggu (13/5/2018). [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pada tahun-tahun terakhir kekuasaan Soeharto dan rezim Orde Baru, korupsi semakin merajalela. Tak hanya dilakoni elite kroni Soeharto, tapi juga sudah mewabah sampai ke pegawai-pegawai rendahan. Kusmiati juga menjadi saksi semua itu.

”Ibu mau bawa jenazah ini?” kata seorang petugas RSCM yang mengurusi mayat-mayat korban kerusuhan dan kebakaran Yogya Plaza kepada Kusmiati yang masih menangis.

”Ibu punya papan tidak?” tanya petugas itu lagi.

Di tengah kesedihannya, Kusmiati sempat mengingat, ia hanya membawa uang Rp 80 ribu di dalam sakunya. Tak mampu ia menyuruh orang membeli papan untuk keperluan kepulangan jenazah Mustofa.

Baca Juga: Prabowo Akan Bertemu SBY, PDIP Masih Yakin Demokrat Dukung Jokowi

”Papan dari mana mas? Kalau anak saya sudah boleh dibawa pulang, ya sudah, saya tunggu,” tegasnya.

Tanpa senyum, petugas itu akhirnya menyerah, tak lagi menuntut apa-apa dari Kusmiati.

Perempuan itu lantas menyaksikan, jenazah Mustofa dimandikan secara tak layak dan kemudian dibungkus. Barulah diserahkan kepadanya.

Tapi, Kusmiati ternyata masih dipersulit.

”Ibu pegang uang berapa? Buat sewa ambulans,” kata si petugas.

Baca Juga: Polisi: Remaja Pengancam Jokowi Bisa Dikenakan Pidana Anak

Kusmiati akhirnya kesal. ”Kok bapak nanya uang lagi sih. Kan saya sudah bilang tidak ada. Saya ada duit, tapi untuk urusan RT RW,” hardiknya.

REKOMENDASI

TERKINI