Ibu, Kenapa Ayah Dimasukkan Peti?

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 23 Mei 2018 | 13:33 WIB
Ibu, Kenapa Ayah Dimasukkan Peti?
Aloysius Bayu Rendra Wardhana (kiri) dan CA (2) putra korban bom bunuh diri Gereja Santa Maria Tak Bercela, saat digendong sang ibu, Monique Dewi Andini, Selasa (22/5/2018). [Suara.com/Dimas]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - “Bapak kamu itu pahlawan Nak,” tutur Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada CA dan adiknya. Namun, kedua balita itu belum mengerti apa gerangan maksud perkataan tersebut. Apalagi si sulung yang baru berusia 2 tahun, masih terus menerus mencari sang ayah.

Kedua bocah itu adalah anak Aloysius Bayu Rendra Wardhana, korban ledakan bom bunuh diri teroris di Gereja Katolik Roma Santa Maria Tak Bercela, Minggu (13/5) dua pekan silam.

Bayu menjadi martir ketika memberanikan diri mencoba menahan laju sepeda motor pengebom bunuh diri yang hendak memasuki gereja. Berkat pengorbanannya, jumlah orang yang tewas maupun luka dalam insiden itu terbilang sedikit.

Sang adik, yang baru berusia 10 bulan, benar-benar belum menyadari kemalangan yang menimpanya. Namun, si kakak, kerap kali mempertanyakan keberadaan Bayu, sehingga menambah kesedihan keluarga besar.

Baca Juga: Hingga Mei, Program Satu Juta Rumah Capai 335 Ribu Unit

Galih Wardhana, adik Bayu, menuturkan putra sulung kakaknya belum mengerti bahwa sang ayah telah tiada. Ia menganggap ayahnya tengah bepergian dan belum kembali, sehingga ia terus melemparkan pertanyaan yang dijawab tangisan oleh sang bunda maupun sanak famili.

"Mobil, mobil,mobil,” rengek CA kepada sang ibu, Monique Dewi Andini, yang erat menggendongnya saat mobil jenazah yang dipesan itu tiba di rumah duka, Selasa (22/5/2018).

CA tampak belum mengerti, bahwa mobil itu sebenarnya mengantarkan jasad sang ayah yang tak lagi utuh, terkoyak bom teroris.

Sanak family bergantian mencoba membujuk CA, putra korban bom bunuh diri Gereja Santa Maria Tak Bercela, agar tidak rewel dan terus merengek, Selasa (22/5/2018). [Suara.com/Dimas]

Bocah itu terus merengek. Ia ingin ibu membawa dan meletakkannya di  dalam mobil jenazah. Bocah berusia 2 tahun itu ingin bermain-main di dalam mobil yang tak biasa dilihatnya tersebut.

Baca Juga: Survei: Publik Tuding Prabowo Tokoh Gerakan #2109GantiPresiden

Sementara Monique, terus mendekap CA, dan mendekat anaknya ke mobil yang baru saja mengantarkan jenazah suaminya.

Namun, CA terus merengek karena Monique harus mengurusi jenazah Bayu. CA akhirnya digendong oleh kerabatnya, dan terus dibujuk agar tak menangis.

”CA memang terus bertanya ayahnya di mana. Kenapa ayahnya ada di dalam peti? Kenapa  ayah ada di mobil ambulans? Dia memang dekat dengan ayahnya,” kata Galih.

Ia menuturkan, keluarga besar berupaya menjelaskan kebenaran mengenai nasib sang ayah kepada CA.

Mereka tak mau menutup-tutupi satu pun fakta yang terjadi pada Bayu di hadapan CA. Namun, karena CA masih berusia 2 tahun, ia belum benar-benar memahami apa yang telah terjadi.

"Saat ini, CA belum mengerti. Tapi kami akan terus memberikan pengertian, perlahan-lahan, supaya dia tak merasa dibohongi,” terangnya.

CA (2) putra korban bom bunuh diri Gereja Santa Maria Tak Bercela, saat digendong sang ibu, Monique Dewi Andini, Selasa (22/5/2018). [Suara.com/Dimas]

Galih sendiri, ketika mendapat pertanyaan CA mengenai keberadaan Bayu, selalu menjawab, “Ayah kamu sudah bersama Tuhan Yesus. Ayahmu sudah menjadi malaikat.”

“Suatu saat, kami akan katakan kepadanya, bahwa ayahmu adalah pahlawan untuk sahabat-sahabatnya.”

Jenazah Bayu, setelah sembilan hari berada di RS Bhayangkara Surabaya, akhirnya dipulangkan. Kedatangan jenazah Bayu disambut isak tangis keluarganya di rumah duka Jalan Gubeng Kertajaya I, Kelurahan Gubeng, Kecamatan Gubeng, Selasa siang.

Beberapa tamu yang datang hanyut dalam kesedihan. Ketika itulah CA mendadak rewel, ingin melihat lebih dekat mobil jenazah yang membawa ayahnya.

Jenazah bayu disimpan dalam peti mati berwarna putih. Peti itu diletakkan di dalam ruangan studio foto, yang sudah setahun ini dibangun Bayu.

Beberapa lilin besar dan patung Yesus serta Bunda Maria, menghiasi sisi kanan maupun kiri peti jenazah warna putih tersebut.

Jenazah Bayu diterima keluarga dalam kondiri tubuh yang terpotong. Sebab Bayu langsung terkena bom saat berusaha menghentikan motor yang dibawa pelaku.

"Yang pasti, apa pun kondisinya kami sudah menerima dan bersyukur bisa selesai proses ini. Mungkin Selasa malam, kami adakan acara berdoa bersama jemaat," tutur Galih.

Studio Foto

Galih lantas mengungkapkan alasan keluarga memilih studio foto yang beralamat di Gubeng Kertajaya I, sebagai persinggahan jenazah Bayu, sebelum dimakamkan.

"Ini tempat favorit kak Bayu selama setahun terakhir ini. Jadi alasan itulah kami menempatkan jenazah dan peti di studio foto ini, bukan di rumah sebelah," jelasnya.

Selama proses membangun dan mendesain itu, Bayu sering berada di studio foto miliknya. Kegiatan Bayu selama di studio foto mulai dari mengedit foto maupun aktivitas lainnya.

Pembangunan studio itu juga dihasilkan dari hasil kerja keras Bayu semasa hidup.

"Awal tahun 2017, kalau tidak salah pada bulan Januari, Kak Bayu memulai membangun Studio ini pelan-pelan," imbuh Galih.

Sejatinya, studio foto milik Bayu itu sudah siap dibuka. Sayangnya, Bayu harus berpulang terlebih dahulu akibat aksi bom bunuh diri teroris.

Bayu Rendra akan dikebumikan pada Rabu (23/5/2018) siang di Pemakaman Umum Keputih Surabaya. Keluarga bersyukur menerima jenazah Bayu.

"Saya berterimakasih pada semua pihak, yang turut serta membantu dalam pemeriksaan Kak Bayu. Memang pihak keluarga menginginkan, bahwa jenazah Kak Bayu benar-benar tidak bercampur dengan lainnya, terutama dari (jenazah)  pelaku (pengeboman)," ujar Galih. [Dimas Angga P]

REKOMENDASI

TERKINI