Suara.com - Ulah tiga orang dosen di Surabaya, Jawa Timur bikin sibuk pihak kampus serta Kementrian Agama (Kemenag). Gara-garanya, ketiga dosen itu enggan memberi hormat bendera saat upacara. Ketiga dosen ini adalah pengajar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kelembagaan UINSA Surabaya, Dr. Syamsul Huda, M. Fil.I mengakui ada tiga orang dosen di kampusnya saat ini tengah diperiksa oleh Inspektorat Jendral Kemenag.
Syamsul menyebutkan, tiga dosen tersebut berinisial WJ dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Kemudian, YN dari Fakultas Syari'ah dan Hukum serta WY dari Fakultas Sains dan Teknologi.
Menurut pria kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur ini, masalah yang menyeret tiga dosennya ini bermula dari kasus menyisipkan idiologi pribadi kepada mahasiswa saat mengajar. Hal tersebut kemudian membuat pihak rektorat bereaksi.
Usut punya usut, ketiga dosen tersebut diketahui berafiliasi kepada Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi yang baru saja dibubarkan pemerintah melalui Perppu No 2 tahun 2017.
Kasus ini, kata Syamsul, sebenarnya sudah muncul cukup lama, yakni sebelum ketiga dosen tersebut mengajar di UINSA. Tepatnya sejak masih di karantina oleh Kemenag saat proses pembekalan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2016 lalu.
"Yang bersangkutan saya rasa punya masalah, kan dulu waktu diklat kepegawaian, yang tidak mau hormat (bendera)," ujar Syamsul kepada Suara.com, Rabu (23/5/2018).
Tidak Mau Dibina
Menurut Syamsul, sebenarnya sudah sejak awal muncul kewaspadaan akan perilaku ketiga dosen UINSA tersebut. Hal ini dikuatkan dengan adanya laporan dari Kepala Diklat yang menyebut ada sejumlah dosen UINSA yang aneh.
Pihak rektorat, kata Syamsul sudah tiga bulan terakhir memerintahkan agar dekan yang dosennya bermasalah itu memberikan pembinaan khusus. Namun upaya tersebut ternyata tidak digubris oleh dosen bersangkutan. Seperti WJ dari Fakultas Tarbiyah yang dinilai tidak kooperatif.