Peta Terorisme Terkini, Ada 3 Kelompok Besar Teroris Mengancam

Rabu, 23 Mei 2018 | 10:59 WIB
Peta Terorisme Terkini, Ada 3 Kelompok Besar Teroris Mengancam
Petugas melakukan olah TKP di lokasi bom bunuh diri di GPSS Arjuno, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (17/5).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti terorisme dari Institute for Policy Analyst of Conflict (IPAC) Sidney Jones menemukan tiga kelompok besar radikal di Indonesia. Kelompok tersebut ialah JAD, kelompok Bahrun Naim dan Kelompok Bahrumsyah.

Sidney menjelaskan Jamaat Amaliyah Daulah (JAD) merupakan jaringan terbesar di Indonesia. Kelompok ini dipimpin oleh Aman Abdurahman. Namun sebelumnya muncul nama Abu Jandal di jaringan JAD di Suriah.

"Tapi dulu di Suriah ada yang namanya Abu Jandal sebetulnya jaringan di Suriah tidak begitu kuat tapi di Indonesia jaringannya lebih besar," jelas Sidney dalam diskusi bertajuk 'Menguak Fakta Aktual Radikalisme dan Terorisme di Indonesia' di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Selasa (22/5/2018).

Selain JAD, ada yang namanya Bahrun Naim. Sidney melihat Bahrun Naim memiliki pergerakan sendiri seperti kelompok HTI dan kelompok di Solo. Kelompok tersebut sudah sering merencanakan aksi bom di berbagai wilayah dari tahun 2015 dan terakhir pada Desember 2016 di Istana Negara.

"Ada Bahrun Naim yang berbeda dengan JAD dia punya jaringan sendiri seperti dengan timnya di Solo ada kelompok HTI yang juga bergerak dengan dia tapi pokoknya jaringannya sangat pribadi," ucap Bahrun.

Sidney melanjutkan kelompok yang ketiga ialah kelompoknya Bahrum Syah. Kelompok tersebut tersebar di tiga daerah di Indonesia. Ada MIT di Poso, DI di Makasar, Brekele dan Katibul Iman.

"Kelompok Bahrum Syah yang tokoh ISIS Indonesia yang paling penting pada tahun 2017. Tidak begitu banyak pengikutnya ada di Poso dan juga di Mindanao jadi Bahrum Syah jadi penghubung antara kelompok mujahidin di Indonesia dan Filipina," lanjut Sidney.

Dari ketiga kelompok pro-ISIS tersebut, Sidney menyampaikan bahwa masyarakat jangan melihat kelompok ISIS hanya memiliki satu struktur. Karena faktanya ialah banyak sekali cabang-cabang yang dilahirkan dan sulit terdeteksi oleh aparat kepolisian.

"Ada banyak kelompok kecil dan itu mendetail juga dan tugas polisi jauh lebih sulit karena tidak berarti bahwa kalau misalnya ada satu kelompok yang ditangkap yang lain juga akan kena," pungkasnya.

Hal tersebut dipicu oleh aksi teror bom di Mapolda Riau. Sidney melihat aktor-aktor pelaku tersebut merupakan bagian dari kelompok-kelompok kecil yang hanya ingin menyaingi kelompok-kelompok besar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI