Suara.com - Peneliti terorisme dari Institute for Policy Analyst of Conflict (IPAC), Sidney Jones, menegaskan ada sejumlah asumsi masyarakat yang keliru terhadap jaringan radikalisme.
Sidney menilai, orang-orang yang akan kembali dari palagan ISIS di Suriah ke Indonesia tidak berbahaya.
Sebaliknya, ia justru menilai orang-orang Indonesia yang masuk dalam kelompok fundamentalis radikal tapi tak pernah merasakan perang di Suriah adalah pihak berbahaya.
"Orang lokal yang tidak pernah menginjakkan kaki ke Suriah tapi masih punya harapan, masih punya ilusi bahwa daulah Islamiah, itulah yang berbahaya,” kata Sidney dalam diskusi bertajuk “Menguak Fakta Aktual Radikalisme dan Terorisme di Indonesia” di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Selasa (22/5/2018).
Baca Juga: KPK Perpanjang Masa Pencegahan Enam Saksi Kasus BLBI
Sidney menjelaskan, orang-orang yang sudah pernah merasakan bertarung di Suriah pasti akan merasakan hal yang tidak mengenakkan.
Sedangkan para anggota jaringan teroris di Indonesia yang belum pernah ke sana, masih memiliki semangat yang kuat.
Selain itu, Sidney mengatakan kekuatan ISIS di Timur Tengah yang terlihat menurun seiring dengan kekalahannya, sudah tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan kelompok pro-ISIS di Indonesia.
Sebab, ia melihat kelompok pro-ISIS di Indonesia sudah memiliki kehidupan sendiri.
"Karena kelompok pro-ISIS punya kehidupan sendiri, sekarang ini di Indonesia mereka bisa berlanjut tanpa referensi ke Timur Tengah," katanya.
Baca Juga: Sebut Habib Keturunan Kafir, Ustaz Haikal Hassan Diadukan Polisi
Sidney menambahkan, bahwa ada asumsi bahwa WNI menjadi target oleh jaringan-jaringan teroris itu salah. Ia melihat target utama dalam aksi teroris di Indonesia masih berkutat pada gereja dan kepolisian.