Suara.com - Kepala badan anti-korupsi Malaysia akhirnya berani mengungkapkan beragam tekanan hebat yang pernah didapat ketika Najib Razak masih menjadi perdana menteri.
Kepala “KPK” Malaysia Mohd Shukri Abdull mengungkapkan, intimidasi dan teror dilakukan “orang-orang” Najib Razak saat mereka menelisik dugaan korupsi politikus yang baru kalah dalam Pemilu Malaysia pada 9 Mei 2018 tersebut.
“Ketika kami menelisik dugaan korupsi Najib Razak saat ia masih menjadi PM pada tahun 2015, sejumlah saksi kunci dihilangkan. Petugas kami juga mendapat banyak diintimidasi,” kata Shukri seperti diberitakan Reuters, Selasa (22/5/2018).
Bahkan, Shukri mengungkapkan dirinya juga pernah mendapat ancaman pembunuhan yang diyakininya dilakukan oleh kubu Najib.
Baca Juga: Isak Tangis Sambut Kedatangan Jenazah Bayu, Pahlawan Bom Surabaya
“Pada satu kesempatan, saya menerima kiriman sebutir peluru di rumah,” tuturnya dalam konferensi pers di kantornya mengenai pembukaan kembali penyelidikan dugaan suap dari perusahaan 1Malaysia Development Berhad (1MDB) ke Najib.
Ia mengatakan, kiriman peluru itu diterimanya sendirian. Ia memutuskan untuk tak memberitahukan istri maupun keluarga. Ia juga dulu memutuskan untuk tidak melapor ke polisi.
Selain itu, Shukri dan rekan-rekannya di “KPK Malaysia” juga pernah dituduh berkomplot untuk menggulingkan Najib melalui rekayasa kasus hukum.
“Ketika saya memenuhi undangan ke Amerika Serikat, aku meminta perlindungan dari polisi. Karena aku tahu, ada intelijen suruhan Najib untuk membuntutiku,” terangnya.
Pada hari yang sama, sebelum Shukri mengungkapkan beragam ancaman tersebut, lembaganya juga memanggil Najib Razak untuk dimintakan keterangan.
Baca Juga: Garda Revolusi Iran Ingin Pukul Mulut Menteri Luar Negeri AS
Najib menjalani pemeriksaan di lembaga antikorupsi Malaysia pada Selasa pagi tadi. Dalam pemeriksaan, Najib diminta menjelaskan asal-usul uang USD 10,6 juta di rekeningnya yang diduga berasal dari 1MDB.