Fahri yakin, selama Amien hidup di dunia ini, ia tak kan pernah rela jika Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang kurang cocok dengan agenda reformasi dan sistem demokrasi. Ia pasti 'kumat' jika tidak cocok dengan Presiden yang ada.
"Makanya kalau Pak Amien kritiknya agak kurang enak, cari pemimpinnya yang canggih sedikit lah. Tapi kalau kapasitas pemimpinnya cuma bisa sms dan telepon, padahal disitu bisa bayar hutang, bisa motret, bisa e-commerce, bisa GPS, bisa chatting segala macam, tapi cuma dipakai SMS dan telepon. Kapasitas dia dengan kemampuan mesinnya tidak memadai," ungkap Fahri.
"Sementara itu ada orang yang terus menerus sakit perut, kenapa ini Pak Amien yang terus menerus tampil. Ya karena dia yang mengerti desainnya dari awal," tambah Fahri.
Fahri mengibaratkan, apabila sebuah mobil canggih dioperasikan oleh supir bajaj, maka mesin mobil canggih itu berpotensi rusak.
Baca Juga: Perempuan Ahmadiyah Alami Kekerasan Fisik dan Ancaman Pemerkosaan
Fahri mengaku bisa mengoperasikan mobol canggih tersebut, tapi belum tentu bagi Jokowi. Sebab, Jokowi tak ikut dalam agenda reformasi kala itu.
"Sampai mati kita empot-empotan ini. Supir bajaj nyupirin Ferrari kan ngeri kita. Kalau saya ngerti pak. Tapi kayaknya kawan yang itu dulu nggak ikut sama kita. Yang ngerti mesin ini adalah orang yang sama Pak Amien, ngerti sama pikirannya, ngerti apa yang dia desain," kata Fahri.