“Kuping rasanya berjam-jam gak denger, waktu itu kami habis aksi. Kami biasa diteror oleh penguasa saat itu,” ujar Fahim mencoba mengingat peristiwa menengangkan itu di tahun 1994.
Fachim Fahmi nama lengkapnya. Sejak era 1980-an sampai medio 1990, ia dipercaya sebagai koordinator divisi pendidikan dan informasi di Gang Rode 610, rumah para aktivis penentang Soeharto.
Rode atau banyak kalangan menyebutnya Gang Rode, memang menjadi tempat singgah para aktivis pada tahun 1988-1998.
Bisa dikatakan, tempat ini merupakan salah satu titik sentral untuk merumuskan ide dan gagasan dalam menyuarakan hak-hak sipil untuk menjunjung tinggi prinsip demokrasi di Indonesia, yang kala itu dihadapkan pada brutalitas dan otoritarianisme rezim Orde Baru.
Baca Juga: Kinerja Buruk, 1.295 Pejabat Kementan Dibongkar Amran
Salah satu eksponen gerakan reformasi 98 yang juga akrab dengan Gang Rode adalah, Widji Thukul, penyair et aktivis yang dilenyapkan oleh rezim ketika itu.
Begitu juga mantan Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia Nezar Patria dan politikus PDIP Budiman Sudjatmiko, akrab dengan Gang Rode.
Siti Noor Laila, mantan Ketua Komnas HAM; Teten Masduki, eks aktivis Indonesia Corruption Watch dan kekinian menjadi Dewan Pengawas Bulog, juga pernah merasakan romantisme di Rode. Tak ketinggalan adalah Andi Arief, yang kekinian menjadi politikus Partai Demokrat.
Rombongan Demonstran
Baca Juga: Hasil dan Klasemen Akhir La Liga Spanyol
Letaknya di Sentolrejo tak jauh dari jalan utama Kusumanegara. Dulu, sebagai patokan untuk mencari rumah nomor 610, adalah warung internet di bibir Gang Rode. Tapi kekinian tak lagi ada. Warnet itu sudah menjadi rumah kosong. Cuma dihuni dua ekor monyet berantai besi di tubuhnya.