Suara.com - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil mengkritik penetapan 200 ulama yang layak untuk mengisi dakwah selama Ramadan. Alasnnya masih banyak ulama dari 200 nama itu yang berkualitas.
Di sisi lain, menurut Aqil, negara memang perlu menyaring ulama-ulama yang dinilai berceramah menebar kebencian. Ini untuk menghindari diberikannya panggung ke ulama-ulama radikal.
"Kriteria yang ditentukan misalnya isi ceramahnya menggunakan kata-kata kotor, menimbulkan fitnah, dan ujaran kebencian," kata Said di gedung PBNU, Salemba, Jakarta, Minggu, (20/5/2018).
Said mengatakan jika kewenangan pemerintah dalam penentuan 200 penceramah harus efektif demi kepentingan bersama. Tapi ada sisi kurang tepatnya.
"Sebenarnya tujuannya baik, tapi kurang tepat. Padahal boleh lebih dari 200 nama tersebut," jelas Said.
Kementerian Agama, pada Jumat (18/5/2018), mengeluarkan daftar 200 mubalig yang direkomendasikan untuk mengisi ceramah di forum-forum keagamaan Islam di Tanah Air.
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, nama-nama tersebut muncul berdasarkan permintaan publik dan ormas Islam. Meski baru merilis 200 nama, Lukman mengatakan kemungkinan besar akan ada nama-nama susulan. Namun, hal ini tergantung pada permintaan publik dan ormas Islam.
Nama-nama yang sudah diusulkan oleh ormas Islam atau tokoh ulama Islam nantinya akan diseleksi oleh Kemenag. Seleksi yang dilakukan diantaranya melihat dari riwayat hidupnya.