Sementara untuk membuat busana pernikahan Meghan, menghabiskan dana 100 ribu Pounds.
Biaya belanja itu kontras dengan tuntutan perawat-perawat medis Inggris, yang ingin tingkat minimal upah mereka naik. Tuntutan yang tak kunjung direstui parlemen maupun Perdana Menteri Theresa May.
Tak seperti Dongeng
Pada media-media sosial, berseliweran foto-foto Meghan muda yang duduk di besi pembatas istana. Warganet menilai, Meghan seperti hidup dalam dongeng-dongeng indah mengenai perempuan biasa yang dinikahi seorang pangeran.
Baca Juga: Kalahkan Kanada dengan Mudah, Budiharto Puji Pemain Pelapis
Dongeng khas pernikahan si miskin dengan pangeran kaya raya. Namun, The Independent, Sabtu (19/5/2018), menerbitkan artikel yang mengkritik asumsi tersebut.
The Independent mengutip satu penelitian bahwa pola ”pernikahan acak” atau antara orang kaya dengan golongan miskin, justru cenderung menurun.
”Dalam kasus Duke dan Duchess of Sussex, Meghan Markle adalah seorang aktris yang sukses, dengan kekayaan bersih sekitar USD 5 juta, sangat mengesankan bagi seseorang di usia pertengahan 30-an,” tulis The Independent.
”Orang-orang kekinian cenderung memilih pasangan yang kurang lebih sama seperti dirinya, bukan malah kurang. Jadi, salah satu hasilnya adalah, meningkatnya ketidaksetaraan.”
Sementara dalam hasil penelitian Biro Riset Ekonomi Nasional di Amerika Serikat yang dikutip Independent, pernikahan yang tak lagi acak tersebut turut menciptakan ketimpangan perekonomian di AS sejak tahun 1960 sampai 2005.
Baca Juga: Aspal Runway Juanda Amblas, Lion Air ke Denpasar Delay 3 Jam
Si miskin, akan terus menikahi warga miskin, dan menciptakan anak-anak miskin. Sebaliknya, orang kaya akan menikahi orang-orang kaya dan melahirkan anak-anak kaya.