Suara.com - Kerajaan Inggris, satu dari sedikit kerajaan peninggalan abad feodal di Eropa, menjadi sorotan publik pada akhir pekan ini.
Itu setelah ribuan stasiun televisi dari segala penjuru dunia menyiarkan prosesi pernikahan Pangeran Henry Charles Albert David dengan Meghan Markle.
Dua hal yang menjadi sorotan publik via media dalam pernikahan kaum bangsawan tersebut. Pertama, Pangeran Hary melanjutkan tradisi sang kakak, yang menikahi perempuan bukan bangsawan. Kedua, kemewahan pernikahan itu sendiri.
Kaum oposan, terutama kelompok kiri yang berbasis di Inggris, mengkritik pernikahan sang pangeran. Sebab, dana anggaran pernikahan tersebut dinilai pemborosan di tengah kemelaratan kaum miskin Britania Raya.
Baca Juga: Kalahkan Kanada dengan Mudah, Budiharto Puji Pemain Pelapis
Semua kritik itu bermula dari Simon Dudley, pemimpin Tory—kelompok konservatif—yang merupakan anggota Dewan Windsor, tempat dilangsungkannya pernikahan tersebut.
Pada 23 Januari 2018, seperti dikutip The Guardian, Simon mengusulkan agar setiap gelandangan di wilayahnya “dikandangkan” ketika persiapan dan berlangsungnya pernikahan Harry-Meghan.
“Situasi ini (gelandangan dan peminta-minta) adalah cahaya yang tak menyenangkan di kota nan indah ini. Sebagai pemimpin wilayah kerjaan, situasi ini benar-benar tidak dapat diterima oleh saya maupun anggota dewan,” tulis Simon dalam usulannya.
Tak hanya itu, Simon juga mengusulkan agar setiap gelandangan dan pengemis didenda 100 Poundsterling selama masa persiapan dan prosesi pernikahan kerajaan.
Kritik berlanjut pada pernak-pernik pernikahan megah tersebut. Uang kerajaan untuk membiayai pernikahan itu mencapai 32 Juta Pounds.
Baca Juga: Aspal Runway Juanda Amblas, Lion Air ke Denpasar Delay 3 Jam
Dari total uang itu, sektor belanja yang paling dikritik kalangan oposan adalah pembuatan 20 terompet berlapis perak seharga 90 ribu Pounds.