Lima menit kemudian, Dita Oepriarto yang mengendarai mobil bermuatan bom meledakkan diri di Gereja Pantekosta, Kutisari, Tenggilis Mejoyo, Surabaya.
Dia meledakkan diri sekitar pukul 07.35 WIB setelah menurunkan istri, Puji Kuswati, 42, bersama kedua anak perempuannya, FS (12) dan FR (9) di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro, Surabaya.
Hanya dalam waktu 10 menit seluruh anggota keluarga Dita Oepriarto tewas mengenaskan dengan aksi bom bunuh diri.
"Saya yakin dan percaya, dia [FH] tidak mau mati sebagai pelaku bom bunuh diri. Tindakan semacam ini tidak benar, apalagi mengajak anak-anak melakukannya," sambung Hery.
Baca Juga: Jalani Piala Thomas Perdana, Fajar / Rian Deg-degan
Kematian FH membuat Hery sangat kehilangan. Dia merasakan kesedihan yang amat mendalam atas kematian adik kecilnya itu.
"Saya merasa sangat kehilangan. Ini sungguh sangat mengerikan.”
Doa Jemaat Gereja
Keluarga Dita Oepriarto merupakan pelaku bom bunuh diri yang pertama di Indonesia. Teror bom bunuh diri yang dilakukan satu keluarga semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut pihak kepolisian, keluarga Dita bisa menjadi inspirasi bagi penganut paham serupa untuk melakukan teror bom bunuh diri.
Baca Juga: Piala Thomas 2018 : Indonesia Permak Kanada 5 - 0
Sementara itu, lima hari setelah ledakan di Gereja Katolik Santa Maria, Kamis (17/5/2018), bau daging terbakar masih tercium di udara.