Suara.com - Hery tergeming setelah menyaksikan pemberitaan yang menyakiti hatinya. Sobat kecilnya sudah mati. Dalam benaknya ia menyesal. Ia yakin, bocah itu tak mau mati secara tragis. Seandainya, saat Subuh itu dia berani bertanya.....
Minggu (13/5) akhir pekan lalu, Hery terbangun seperti biasa, pada waktu Subuh. Ia beranjak dari peraduan, mandi, dan bergegas ke musala.
Musala itu terletak di dalam kompleks perumahan yang juga dijaga Hery, kawasan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.
Selepas salat Subuh, Hery memutuskan untuk berdoa. Sebab hari masih gelap, belum waktunya ia bertugas sebagai penjaga keamanan.
Baca Juga: Jalani Piala Thomas Perdana, Fajar / Rian Deg-degan
Tak ada yang luar biasa di musala tersebut. Sama seperti hari-hari biasa ketika Hery ke sana. Namun, pagi itu, ia hanya melihat Dita Oepriarto, warga kompleksnya, tengah duduk bersila bersama sang anak, FH dan YSF (18).
Hery betul-betul mengenal Dita dan keluarganya. Terlebih FH, bocah yang baru berusia 16 tahun itu ia kenal dekat. Bisa dibilang sebagai sohib kentalnya, meski usia mereka terpaut jauh.
”Saya sudah menganggapnya sebagai adik,” tutur Hery, seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (18/5/2017).
Keheningan dalam musala pada Subuh itu mendadak luruh, ketika Hery melihat FH menangis tersedu-sedu di hadapan sang ayah.
”Bersabar, tulus lah,” perintah Dita kepada FH terdengar sayup-sayup di telinga Hery.
Baca Juga: Piala Thomas 2018 : Indonesia Permak Kanada 5 - 0
Penasaran, Hery menoleh ke arah ayah dan anak tersebut. FH terlihat sangat sedih. Sementara Dita tampak membelai-belai putranya, menenangkan.