Istri Korban Bom GKI Surabaya Telah Memaafkan Pelaku

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 19 Mei 2018 | 19:00 WIB
Istri Korban Bom GKI Surabaya Telah Memaafkan Pelaku
Istri korban bom GKI di Surabaya, Yeni Widiastuti. [Suara.com/Ainul Yaqin]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Istri korban bom di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, Surabaya, Jawa Timur, itu bernama Yeni Widiastuti. Suaminya, Yesaya Bayang yang menjadi petugas keamanan gereja, menjadi korban ketika ingin mengejar pelaku bom yang adalah perempuan bercadar bersama kedua putrinya.

Yeni ketika ditemui di ruang G1 Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya, menuturkan kalau dirinya sudah berusaha mengampuni pelaku bom. Hal itu ia tempuh meskipun di dalam hatinya masih berkecamuk.

"Saya memaafkan. Tuhan yang membalas semua," katanya, Sabtu (19/5/2018).

Sebelumnya, hal senada juga diungkapkan istri korban bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Sri Wahyuni, yang juga sempat ditemui Suara.com, Jumat (18/5/2018).

Akan halnya Yeni, dia sendiri mengaku pada saat kejadian berada di rumah. Saat itu ia sedang menyelesaikan beberapa pekerjaan. Pada saat itulah ia ditelepon oleh salah satu pengurus gereja kalau suaminya terkena musibah.

Awalnya ketika ditelepon, Yeni hanya diberi tahu kalau Yesaya sakit. Seketika itu Yeni bingung mengenai penyakit apa yang diderita suaminya. Pasalnya, Yesaya diyakininya berada dalam keadaan sehat-sehat saja saat berangkat.

"Ditelepon kalau bapak sakit bilangnya. Ya, saya langsung pergi ke gereja, tapi bapak sudah dibawa ke rumah sakit RKZ," ujarnya lagi

Yeni merupakan warga Surabaya yang beralamat di Jalan Bibistama Tandes Surabaya. Kedua anaknya, Pafel Elia Benedixtus (13) dan Gerard Cilion (11) yang saat itu juga ikut ke gereja untuk ibadah, bisa selamat lantaran mereka sudah berada di dalam gereja.

Ketika Yeni mendatangi rumah sakit, saat itu Yesaya sedang menjalani operasi lanjutan.

Berdasarkan rekaman CCTV di lokasi gereja, terlihat Yesaya mencoba untuk menghentikan pelaku bom. Ia akhirnya menderita luka pada bagian wajah, kepala, tangan dan paha kanannya, karena terkena serpihan bom.

Karena peralatan RS RKZ kurang memadai, Yesaya akhirnya dirujuk ke RSAL untuk menjalani operasi pada lukanya. Menurut Yeni, suaminya itu sempat kritis, dan saat itulah Yeni berdoa kepada Tuhan untuk keselamatan suaminya.

"Saya berdoa terus agar Tuhan mendengarkan doa saya. Semoga suami saya diselamatkan," kata wanita asal Rembang, Jawa Tengah itu.

Untungnya, Yesaya akhirnya bisa selamat dari maut. Yeni pun mengaku bersyukur kepada Tuhan atas mukjizat yang diberikan itu.

Yeni pun dengan kebesaran hatinya mengaku telah memaafkan pelaku bom yang telah melukai suaminya. "Memaafkan mas," ucapnya singkat.

Namun, Yeni mengaku tidak tahu akan berkata apa, seandainya pelaku bom itu berada di depannya. Ia mengakui jika dirinya sampai saat ini masih syok.

"Belum terpikirkan mas, mau bilang apa," ujarnya lirih, dengan mata berkaca-kaca.

Gerard yang waktu kejadian bersama sang kakak berada di dalam gereja, tidak tahu kronologi kejadian. Namun dirinya mendapat cerita kalau ayahnya saat itu sudah menarik bahu pelaku yang kemudian langsung meledakkan bom sebelum memasuki gereja.

"Saya di dalam. Papa sudah pegang bahunya (pelaku), terus dasar bom (meledak)," ujar anak Yeni yang bercita-cita sebagai pemain bola itu.

Keberanian Yesaya mencegah pelaku sendiri diapresiasi banyak pihak. Sebab apabila tak dihadang Yesaya, pelaku kemungkinan besar bisa merangsek masuk dan meledakkan bom di dalam gereja. (Ainul Yaqin)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI