Karena peralatan RS RKZ kurang memadai, Yesaya akhirnya dirujuk ke RSAL untuk menjalani operasi pada lukanya. Menurut Yeni, suaminya itu sempat kritis, dan saat itulah Yeni berdoa kepada Tuhan untuk keselamatan suaminya.
"Saya berdoa terus agar Tuhan mendengarkan doa saya. Semoga suami saya diselamatkan," kata wanita asal Rembang, Jawa Tengah itu.
Untungnya, Yesaya akhirnya bisa selamat dari maut. Yeni pun mengaku bersyukur kepada Tuhan atas mukjizat yang diberikan itu.
Yeni pun dengan kebesaran hatinya mengaku telah memaafkan pelaku bom yang telah melukai suaminya. "Memaafkan mas," ucapnya singkat.
Namun, Yeni mengaku tidak tahu akan berkata apa, seandainya pelaku bom itu berada di depannya. Ia mengakui jika dirinya sampai saat ini masih syok.
"Belum terpikirkan mas, mau bilang apa," ujarnya lirih, dengan mata berkaca-kaca.
Gerard yang waktu kejadian bersama sang kakak berada di dalam gereja, tidak tahu kronologi kejadian. Namun dirinya mendapat cerita kalau ayahnya saat itu sudah menarik bahu pelaku yang kemudian langsung meledakkan bom sebelum memasuki gereja.
"Saya di dalam. Papa sudah pegang bahunya (pelaku), terus dasar bom (meledak)," ujar anak Yeni yang bercita-cita sebagai pemain bola itu.
Keberanian Yesaya mencegah pelaku sendiri diapresiasi banyak pihak. Sebab apabila tak dihadang Yesaya, pelaku kemungkinan besar bisa merangsek masuk dan meledakkan bom di dalam gereja. (Ainul Yaqin)