Suara.com - Giri Catur Sungkowo, korban ledakan bom mobil yang dilakukan terduga teroris Dita Oeprianto di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuno, Surabaya, Minggu (13/5/2018), sempat mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya, sebelum akhirnya meninggal dunia.
Dalam perawatan selama 5 hari, ternyata hanya sekali security GPPS tersebut berbicara. Selebihnya dia hanya bisa menahan rasa sakit akibat luka bakar yang dideritanya dari ledakan dahsyat bom mobil itu.
"Hanya satu kali ayah saya bicara sejak dirawat di rumah sakit. Saat itu dia minta diambilkan air minum karena tenggorokannya kering," cerita anak Giri, Marvel Putra Hasinta Casa (20), Sabtu (19/5/2018).
Dikatakan sang anak, almarhum Giri saat itu hanya mengucapkan dua kata kepada istrinya. "Minta minum," ucap Giri pada istrinya seperti ditirukan anaknya, Marvel.
Setelah ucapan itu, Giri tidak pernah lagi berbicara. Sekujur tubuhnya penuh luka bakar dan dibalut dengan perban. Berdasarkan data medisnya, Giri menderita luka bakar 85 persen.
Di hari ke-5 dirawat, Giri pun akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Almarhum Giri meninggalkan istri dan satu anak yang sudah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA).
Saat ini, jasad Giri telah disemayamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Gunungsari, Surabaya. [Achmad Ali]