Suara.com - Fadi Abu Salah, 30 tahun, adalah satu dari 62 martir yang tewas di tangan pasukan Israel saat melakukan demonstrasi damai di dekat pagar perbatasan Gaza-Israel.
Pria difabel yang sudah lama dikenal sebagai aktivis ini, turut memprotes pendudukan Israel dan relokasi kedutaan besar AS ke Yerusalem.
Lahir di Jalur Gaza pada 1988, kedua kaki Fadi harus diamputasi pada 2008, setelah serangan salah satu pesawat nirawak kiriman Israel ke Gaza membuatnya cedera.
Sepuluh tahun kemudian, Fadi tewas akibat peluru menembus dadanya.
Baca Juga: Siapa Cawapres Prabowo di Pilpres? 3 Orang Ini Tahu Bocorannya
Dalam wawancara dengan Anadolu Agency yang dilakukan pada 30 Maret, Fadi sempat berkata dia akan terus berpartisipasi dalam aksi-aksi massa di Gaza.
“Sampai Palestina bebas dan pendudukan Israel disudahi," tegasnya.
Amina, istri Fadi, menceritakan detik-detik sang suami pergi berdemonstrasi untuk kali terakhir sebelum tewas dibunuh Israel.
"Dia berkata kepada saya, jaga baik-baik anak-anak, lalu pergi," istri Fadi, Amina.
Berkaca-kaca, Amina mengingat ketika dia bersama mendiang suami dan kelima anak mereka turut ambil bagian dalam protes nahas itu.
Baca Juga: Empat Jenazah Teroris Penyerang Polda Riau Belum Dikubur
"Tentara Israel melempari kursi rodanya dengan bom gas beberapa kali," tutur dia.