Adu Gengsi, 4 Kelompok Teroris Berebut Surabaya

Kamis, 17 Mei 2018 | 14:33 WIB
Adu Gengsi, 4 Kelompok Teroris Berebut Surabaya
Petugas menyisir lokasi ledakan bom yang terjadi di tiga lokasi di Surabaya, Minggu (13/5/2018) [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kota Surabaya, Jawa Timur, dilanda dua tragedi bom bunuh diri yang dilakukan sekelompok teroris dalam sepekan terakhir.

Bom yang mengguncang tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018), tercatat sebagai aksi teror pertama di kota Pahlawan tersebut.

Selang sehari, Senin (14/5) awal pekan ini, giliran Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya yang diguncang bom bunuh diri.

Mantan terpidana teroris Ali Fauzi menjelaskan, Surabaya dikenal sebagai kota persaingan gengsi antarkelompok pengusung platform jihad.

Baca Juga: Hazard Nantikan Geliat Chelsea di Bursa Transfer Musim Panas 2018

“Ada empat kelompok yang bersaing di Surabaya,” kata Ali Fauzi dalam diskusi publik LIPI, di Widya Graha, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (17/5/2018).

Keempat kelompok tersebut antara lain ialah Jamaah Islamiah (JI), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Jamaah Ansharusy Syariah (JAS), dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).

Ali memaparkan, Surabaya menjadi ajang adu gengsi keempat kelompok teroris tersebut juga karena persoalan ekonomi.

Ia menuturkan, harga bahan-bahan bom di Surabaya terbilang murah. Selain itu, di Surabaya mereka lebih mudah mendapatkan bahan-bahan kimia untuk pembuatan bom secara legal.

"Orang-orang mengira pembuatan bom mematikan memerlukan biaya yang besar. Itu salah. Bahan bom itu paling mahal 1 kilonya Rp 20 ribu," papar Ali.

Baca Juga: Lawan Radikalisme Tak Cukup Katakan Islam itu Agama Damai

Selain itu, Ali menjelaskan bahwa banyak warga Surabaya yang ahli dalam proses pembuatan bom.

"Sumber daya manusia tersedia di kota ini. Artinya orang yang punya kemampuan untuk meracik, merakit, di Surabaya cukup banyak," jelasnya.

Ali menambahkan, orang-orang tersebut sangat terampil dan memiliki tekad kuat untuk mati syahid.

"Orang-orang JI ada juga yang menyeberang ke JAD, para pelaku yang sudah siap ijtihad, bahasa mereka mati syahid, (lewat) bom bunuh diri. Dan mereka paham area tanpa perlu observasi lapangan," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI