Kota Najaf adalah salah satu kota suci bagi umat Islam Syiah, dan menjadi pusat pendidikan teologis paling penting.
Suhad, seorang guru et aktivis anti-kemiskinan dan hak perempuan, mengakui sebelumnya tak pernah mempertimbangkan jalur pemilu dan parlemen sebagai wujud perjuangannya.
"Pemilu 2014, saya tak mencalonkan diri. Tapi banyak kelompok dan warga Najaf yang menginginkan saya berlaga,” kata Suhad kepada Middle East Eye.
"Aku dan kawan-kawan, baik PKI maupun Sadrist, rutin mengunjungi rumah-rumah warga untuk mendengarkan keluh kesah dan persoalan mereka. Kami berada di tengah permukiman kumuh dan rakyat miskin Najaf,” tuturnya.
Baca Juga: Duh! ISIS Tebar Ancaman di Piala Dunia, Sasar Ronaldo dan Messi
Sekretaris Jenderal PKI, Raid Jahid Fahmi, menjelaskan aliansi antara Sadrist dan kaum komunis sebenarnya bukan hal baru.
In the ‘holy city of Najaf’, the Iraqi Communist Party candidate, Suhad al-Khatib wins a parliament seat. She is a fierce women’s right activist. #IraqElection2018 pic.twitter.com/rYkJxRXFKM
— Ali Reza Eshraghi (@AlirezaEshraghi) May 13, 2018
“Kami bisa bersatu karena sepakat bahwa akar masalah rakyat Irak adalah kemiskinan yang terstruktur, yakni disebabkan praktik korupsi dan inkompetensi pemerintah. Kaum Sadrist menyetujui tesis itu,” tuturnya.
Ia menjelaskan, terdapat banyak pihak yang mencoba mengganggu aliansi mereka. Terutama dengan mendengung-dengungkan slogan bahwa PKI adalah kaum ateis dan Sadrist sebagai kaum fasis Islam.
”Harus diakui ada banyak perbedaan antara kami dengan Sadrist. Tapi, perbedaan ideologis itu bisa direkatkan oleh basis sosial kedua gerakan. Basis sosial kiri PKI dan basis sosial gerakan Sadrist yakni kaum mustadafin adalah cukup dekat,” tandasnya.
Baca Juga: Pelibatan TNI Basmi Teroris Diminta Tunggu Revisi UU Terorisme