Fadli Zon: Anggaran Polri - BIN Besar, Harusnya Kinerja Meningkat

Kamis, 17 Mei 2018 | 00:00 WIB
Fadli Zon: Anggaran Polri - BIN Besar, Harusnya Kinerja Meningkat
Fadli Zon (Suara.com/Dian Rosmala)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Ketua DPR Fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon menilai perlu dilakukan evaluasi terhadap Polri, Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), atas rentetan kejadian aksi teror di sejumlah tempat dalam lima hari terakhir.

"Kepada BIN, Kepolisian, BNPT, itu harus dievaluasi dong, mereka yang mempunyai tupoksi untuk masalah ini, ada pencegahan, penindakan," kata Fadli Zon saat ditemui di Gedung DPR MPRI RI, Jakarta, Rabu (16/5/2018).

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini mengingatkan, lembaga-lembaga tersebut di atas memiliki anggaran yang sangat besar untuk laksanakan tugas dan fungsinya sebagai aparat keamanan.

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dari Fraksi Gerindra (kanan memegang mic). [Suara.com/Oke Atmaja]

Bahkan, menurut Fadli Zon, anggaran yang dikucurkan buat lembaga-lembaga itu selalu meningkat tiap kali ada pembahasan anggaran di DPR. Kata politikus 46 tahun tersebut, mestinya dengan anggaran yang besar, kinerja embaga-lembaga itu juga semakin meningkat.

"Anggaran BIN saja semakin besar, berkali-kali lipat. Anggaran kepolisian juga naiknya dalam berapa tahun ini berkali-kali lipat. Tapi peningkatan anggaran ini harusnya sejalan dong dengan kinerja. Dari 2014 ke 2017 anggaran buat Polisi itu luar biasa peningkatannya," tutur Fadli Zon.

Fadli Zon tak ingin berbicara pada ranah politik jabatan tiap-tiap pribadi di lembaga-lembaga itu. Namun Fadli berharap agar dilakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja Polri, BIN dan BNPT.

"Kelembagaan secara keseluruhan harus ada evaluasi, dan mereka yang berada bertanggungjawab, harus ada semacam punisment dong," ujar Fadli Zon.

Logo Polri (Polri.go.id)

Fadli Zon meyakini ada masalah pada lembaga-lembaga tersebut. Buktinya yaitu saat Rumah Tahanan Markas Komando Brimob di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, bisa dikuasai oleh nara pidana teroris. Bahkan, lima aparat harus menjadi korban.

"Bagaimana bisa coba di sana terjadi penguasaan oleh narapidana sampai 36 jam. Itu kan luar biasa. Berarti ada masalah. Nggak mungkin tidak ada masalah," tutur Fadli Zon.

"Kemudiam setelah itu terjadi satu rangkaian. Berarti ada relasi, secara teoritis ada relasi, tidak mungkin berdiri sendiri apa yang terjadi di Surabaya, di beberapa tempat, pasti ada relasi," Fadli Zon menuturkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI