Menurutnya, pihaknya akan membahas beberapa hal untuk menangani Aisyah. Sebab dia berasumsi kalau A masih berada dalam pola pikir yang terdoktrin oleh orang tuanya.
"Iya (bertemu Risma). Mudah-mudahan hari ini kita maksimalkan koordinasi dengan pemerintah daerah, dengan para pengambil keputusan juga," katanya di Yayasan Adi Jasa Surabaya, Rabu (16/5/2018).
Lebih lanjut, Arist mengatakan kalau anak-anak semacam A ini menjadi seperti ini karena tidak disekolahkan di sekolah formal. Artinya, Aisyah hanya menerima pengajaran melalui pengajian pendidikan agama.
"Anak-anak ini ditanamkan ujaran kebencian, paham teroris di luar sekolah. Seperti tempat pengajian," ujarnya lagi.
Arist akan memberikan masukan kepada Pemkot Surabaya untuk menangani A dengan memberinya terapi psiko sosial. Termasuk di dalamnya deradikalisasi.
"Saya juga punya program (psiko sosial). Itu bersama pondok pesantren yang ada di Medan, Ustad Gozali," bebernya lagi
Secara teknis, pembelajaran dari psiko sosial yaitu dengan cara mengumpulkan anak-anak dari pelaku teroris. Di dalam pesantren itu akan diajari agama Islam yang benar untuk menangkal paham radikalisme.
"Kita akan menghubungi Polda Jatim dan BNPT. Mudah-mudahan anak ini setelah pulih kita akan coba kerjasama untuk itu," pungkasnya. (Yaqin)