Suara.com - Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), Abdul Moqsith Ghazali mengatakan, aksi bom dua hari berturut-turut di Surabaya, Minggu (13-14/5/2018) lalu, tidak memiliki dasar syariat.
Abdul mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan perang bukan untuk menyerang, akan tetapi melindungi diri.
"Mereka keliru mempelajari sejarah. Perang Nabi adalah pertahanan bukan menyerang," kata Abdul dalam diskusi di Wahid Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/5/2018).
Baca Juga: Polisi Tembak Mati Terduga Teroris di Markas Polda Riau
Secara khusus, Abdul menyoroti aksi bom bunuh diri terhadap tiga gereja yang dilakukan Dita Upriyanto di Surabaya. Dalam aksinya, Dita membawa istri serta keempat anaknya.
Abdul menegaskan aksi teror dengan melibatkan istri serta anak bukan termasuk dalam ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW.
"Nabi tidak melibatkan istri dalam perang, tidak ada syariatnya. Istri nabi tidak dilibatkan dalam perang. Makanya, kalau melibatkan istri itu tidak syar'i," ujarnya.
Abdul pun menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak setuju anak-anak turun dalam medan perang.
Nabi Muhammad SAW pernah melarang Usamah bin Zaid yang menawarkan diri untuk ikut perang, namun ditolak oleh baginda Nabi Muhammad SAW.