Suara.com - Direktur Wahid Institute Yenny Wahid menyatakan seseorang bisa menjadi teroris karena mempunyai kerentanan individu. Banyak dari pelaku-pelaku terorisme bermula ketika jadi diri mereka belum terbentuk atau labil.
Hal tersebut Yenny sampaikan dalam Diskusi Publik Wahid Foundation di Wahid Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/5/2018). Yenni menyebut kemiskinan bukanlah faktor seseorang menjadi radikal.
"Kemiskinan, pendidikan menyebabkan radikal tidak terbukti. Faktornya apa? Kerentanan individu. Perasan frustasi mendorong orang mencari jawaban kegelisahan," ujar Yenny.
Yenni mencontohkan pada seorang anak laki-laki berusia 20 tahun. Pada usia tersebut, seorang anak akan memasuki fase mencari jati diri dan ingin menemukannya dengan mencari tahu segala hal.
"Kalau ketemu narkoba ya pecandu, kalau gabung geng motor dia ikut kelompok kriminal," ucapnya.
Dari contoh tersebut Yenny memungkinkan situasi seorang anak apalabila bertemu dengan ustad yang mengarahkan kepada jihad, anak tersebut bisa menjadi radikal.
"Tapi, kalau ketemu ustad atau yg memberikan arahan melalui jihad, bisa jadi orang radikal," katanya.
Oleh karena itu, Yenny sangat menekankan kuatnya figur Ayah dalam suatu keluarga karena sosok Ayah yang selain menjadi kepala keluarga, juga menjadi pengarah bagi anak-anaknya.
Yenny pun mencontohkan kepada salah satu anggota ISIS Indonesia. Tokoh tersebut pintar dan selalu mencari jawaban dari segala keresahannya. Namun, karena ia tidak memiliki figur Ayah dalam hidupnya, maka jadi lah ia sebagai ISIS.
"Figur ayah sangat menentukan, itu betul. Tokoh ISIS Indonesia, dia perlihatkan, dia kehilangan sosok orang tuanya. Dia anak pintar dan cari jawaban, akhirnya dia bertemu ustad yang radikal," pungkasnya.