Suara.com - Duka mendalam terlihat jelas dikeluarga HK, warga Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, setelah mengetahui anak kandungnya terlibat dalam bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya.
Anak HK itu adalah Puji Kuswati (43). Puji adalah pelaku bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro, Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Puji meninggal dunia bersama suaminya R Dita Oepriarto (47) dan empat orang anak kandungnya.
HK mengakui, bahwa pernikahan Puji dengan Dita tidak mendapat restu darinya, sebagai ayah kandung.
Baca Juga: Balas Dendam, Motif 2 Keluarga Lakukan Bom Bunuh Diri di Surabaya
"Sebenarnya pernikahanya tidak disetujui, si suami memang kelihatan berbeda (paham keyakinannya)," cerita Rs, perwakilan keluarga, Senin (14/5/2018) kepada Times of Indonesia—jaringan Suara.com.
Meski telah diadopsi dari HK sejak usia 20 bulan, Puji Kuswati masih tetap mendapat perhatian darinya.
Tak beda dengan tiga saudara kandungnya di Banyuwangi, Puji masih sering dibantu oleh orang tua dalam hal ekonomi.
"Sejak pernikahan itulah, Puji menjadi lebih tertutup," ungkap Rs.
Untuk diketahui, Puji Kuswati sekeluarga adalah pelaku bom bunuh diri ditiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Baca Juga: Menhan Dukung Jokowi Terbitkan Perppu Antiterorisme
Dia bersama dua putrinya, FS (12) dan FR (9) meledakan bom di gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro, Surabaya. Suaminya, R Dita Oepriarto (47), di gereja Pantekosta Pusat, Surabaya.
Sementara putra pertama dan kedua, YF (18), FH (16) meledakkan diri di gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya. Dalam bom bunuh diri itu, ada 18 korban meninggal dan puluhan luka-luka.
Berita ini kali pertama diterbitkan Times of Indonesia dengan judul “Pernikahan Pasutri Bom Bunuh Diri Tak Direstui Orang Tua Kandungnya”