Lima Fakta Teror Bom Tiga Gereja di Surabaya

Senin, 14 Mei 2018 | 15:24 WIB
Lima Fakta Teror Bom Tiga Gereja di Surabaya
Seorang petugas Penjinak Bom (Jibom) melakukan identifikasi di lokasi ledakan yang terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5). [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/kye/18]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teror bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5/2018), membuat seluruh wilayah Indonesia berduka. Hingga saat ini, dikabarkan setidaknya ada 13 orang meninggal dunia dan 43 orang mengalami luka-luka akibat peristiwa tersebut. Berikut ini dihimpun Suara.com, fakta-fakta terkait teror bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya:

1.Terjadi di tiga gereja berbeda

Petugas memadamkan api yang membakar sejumlah sepeda sesaat setelah terjadi ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5). Ledakan terjadi di tiga lokasi di Surabaya, yakni di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), dan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, pada waktu yang hampir bersamaan. ANTARA

Foto: Petugas memadamkan api yang membakar sejumlah sepeda sesaat setelah terjadi ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5). [Antara]

Baca Juga: Stop Penyebaran Foto Korban Bom Surabaya di Medsos

Ledakan tersebut terjadi di tiga gereja dengan titik lokasi berbeda, yaitu Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya sekitar pukul 07.30. Berselang sekitar 5 menit, ledakan selanjutnya terjadi di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno dan terakhir di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro (GKI Diponegoro).

2. Dilakukan oleh satu keluarga

Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, pelaku bom di tiga gereja Surabaya ini dilakukan oleh satu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri dan empat anaknya. Keluarga tersebut berpencar untuk melaksanakan aksi mereka.

Mereka adalah Dita Uprianto dan istrinya, Puji Kuswati. Lalu keempat anaknya terdiri dari Fadila Sari (12), Famela Rizkita (9), Yusuf Fadhil (18), dan Firman Halim (16). Dia melakukan pengeboman di Gereja Pantekosta.

Keluarga terduga teroris Dita Uprianto dan istrinya, Puji Kuswati. (Istimewa)

Baca Juga: Heroik! Rony Selamatkan Anak Pengebom Bunuh Diri Polres Surabaya

Foto: Keluarga terduga teroris Dita Uprianto dan istrinya, Puji Kuswati. (Istimewa)

Sementara itu, Puji bersama dengan dua putrinya, Famela dan Fadila, mengebom di GKI Diponegoro. Terakhir Yusuf dan Firman, melakukan pengeboman di Gereka Katolik Santa Maria Tak Bercela.

3. Ada busur dan anak panah di rumah pelaku

Bom aktif di penangkapan 4 terduga teroris di Urang Agung, Sukodono, Sidoarjo, Senin (14/5/2018) pagi. (istimewa)

Foto: Bom aktif di penangkapan 4 terduga teroris di Urang Agung, Sukodono, Sidoarjo, Senin (14/5/2018) pagi. (istimewa)

Selain menemukan 3 bom di rumah teroris sekeluarga, polisi juga menemukan busur dan anak panah. Rumah tersebut beralamat di Perumahan Wisma Indah Jalan Wonorejo Asri 9 no 14 A, Surabaya. Menurut Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan, busur panah yang ditemukan tersebut diduga sering dipakai.

4. Wali Kota Surabaya Liburkan Sekolah Sehari

Risma bubarkan warga Surabaya yang bergerombol. [Suara.com/Moh. Ainul Yaqin]

Foto: Risma bubarkan warga Surabaya yang bergerombol. [Suara.com/Moh. Ainul Yaqin]

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengeluarkan surat edaran kepada pihak sekolah untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar selama satu hari pada Senin (14/5/2018). Surat itu dibuat setelah terjadinya insiden pengeboman di tiga gereja Surabaya. Tujuannya tak lain untuk membuat para siswa tenang di rumah dan tidak terbawa dengan kondisi yang terjadi saat ini.

5. Bayu dan Iman, dua sosok pahlawan saat terjadinya bom bunuh diri

 Aloysius Bayu Rendra Wardhana (kanan) dan rekaman CCTV detik-detik aksi teror bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018). [Suara.com]

Foto: Aloysius Bayu Rendra Wardhana (kanan) dan rekaman CCTV detik-detik aksi teror bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018). [Suara.com]

Ada seorang koordinator relawan Gereja Santa Maria Tak Bercela bernama Aloysius Bayu Rendra Wardhana, yang secara heroik mengorbankan dirinya sendiri dengan menghadang motor yang digunakan teroris untuk masuk ke gereja. Akibatnya, tubuh alumnus SMA Katolik Santo Hendrikus Surabaya itu hancur karena ledakan bom.

Berkat keberaniannya itu, motor teroris tidak masuk lebih dekat ke dalam gereja dan kemungkinan akan menambah jumlah korban tewas dalam serangan tersebut. Kepergian Bayu meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang masing-masing masih berusia sekitar 2 tahun dan 2 bulan.

Di lain sisi, ada seorang karyawan swasta bernama Iman yang kebetulan lewat di dekat tempat kejadian dengan mengendarai mobil. Ia diberhentikan oleh rombongan keluarga dan memintanya untuk mengantar ke rumah sakit terdekat.

Tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya, Iman membukakan pintu dan mempersilakan rombongan keluarga tersebut menaiki mobilnya. Ia mengaku, melihat orang tua yang kepalanya terluka dan segera membutuhkan pertolongan.

Ia pun membawa mereka ke Rumah Sakit Bedah Surabaya di Jalan Manyar. Setelah sampai di rumah sakit, Iman baru tahu bahwa keluarga yang diantarnya itu adalah salah satu korban dari ledakan bom.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI