Suara.com - Aksi solidaritas ditunjukkan oleh sejumlah pengemudi ojek online di Surabaya, Jawa Timur, setelah tiga gereja menjadi sasaran aksi teror bom bunuh diri, Minggu (13/5/2018) pagi.
Agas, pengemudi ojek online sengaja tidak menjalankan aplikasi pencari penumpang karena ingin membantu pihak kepolisian mengurai kemacetan.
Kemacetan arus lalu lintas terjadi akibat ditutupnya Jalan Diponegoro Surabaya, setelah Gereja Kristen Indonesia di kawasan tersebut dihantam bom.
"Kami sejak pagi memang di sini mas, libur dulu ngebidnya (mencari penumpang)," kata Agas di sela-sela mengatur lalu lintas.
Baca Juga: KPAI Kecam Teror Bom Surabaya Makan Korban Bocah 11 Tahun
Ia menuturkan, setelah mendapat informasi serangan bom di tiga gereja, Agas dan teman-temannya langsung ke jalan tersebut untuk membantu aparat kepolisian.
"Ya turut prihatin mas, katanya sampai ada anak kecil yang meninggal," ujarnya lagi.
Sebelumnya, ledakan terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Utara.
Bom juga meledak di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro 146. Tak beberapa lama, bom juga meledak di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuna.
Sampai Minggu siang, 11 orang dilaporkan meninggal dunia akibat bom tersebut. Sementara korban luka-luka mencapai sedikitnya 41 orang. [Yaqin]
Baca Juga: Bom Gereja Surabaya, Pintu Masuk Bali Dijaga Ketat dari Teroris